Jakarta (ANTARA News) - Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menilai kenaikan suku bunga acuan atau BI 7 Day Reverse Repo Rate (7DRRR) perlu dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi risiko semakin derasnya arus modal keluar (capital outflow).

Anton menuturkan, dalam kondisi penuh ketidakpastian ekonomi global saat ini, para investor global tengah melakukan pergeseran dana yang sebelumnya ditanamkan di negara-negara berkembang menuju ke Amerika Serikat yang dianggap lebih aman..

"Dalam situasi seperti ini, mereka akan memilih negara mana di emerging market yang lebih berisiko. Indonesia kalau mau dilihat dari beberapa ukuran, kita masih relatif lebih bagus. Yang penting menurut kami, jangan sampai muncul risiko yang akan mengganggu `view` tentang Indonesia secara keseluruhan walau fundamental kita masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lain, tapi di sana sini ada titik risiko. Kurangilah risiko itu, ," ujar Anton saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Saat ini, suku bunga acuan BI masih berada di level 4,25 persen. Anton menilai, level tersebut sedikit agak kerendah. Bank sentral perlu menaikkan suku bunga 25-50 basis poin.

"Kelihatannya kita itu agak sedikit terlalu kerendahan dibandingkan ekspektasi inflasi, bukan inflasinya ya. Itu gap-nya akan jadi sangat tipis. Kenaikan itu diperlukan supaya jangan muncul risiko-risiko tambahan. Makanya kita pikir naikkan suku bunga," ujar Anton.

Pada Kamis ini, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan apakah tetap dipertahankan di level 4,25 persen atau dinaikkan mengingat kondisi nilai tukar rupiah yang terus melemah dalam beberapa pekan terakhir. Sejumlah pihak banyak memprediksi bank sentral akan menaikkan suku bunga acuannya.

Sebelumnya, RDG BI pada pertengahan April 2018 lalu memutuskan untuk mempertahankan BI 7DRRR tetap sebesar 4,25 persen, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,5 persen dan Lending Facility tetap sebesar 5 persen.

Kala itu, BI menyebutkan, kebijakan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah meningkatnya tekanan eksternal. Bank Indonesia memandang pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh sebelumnya, didukung oleh kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran, masih memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik.

BI pun tetap mewasapadai sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai karena dapat mengganggu perekonomian domestik, seperti peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia, kenaikan harga minyak, dan kemungkinan berlanjutnya perang dagang AS-China.

Baca juga: Ekonom Bank Mandiri memprediksi pelemahan rupiah tak akan sampai Rp15.000

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018