Denpasar (ANTARA News) - Perusahaan Listrik Negara (PLN) Distribusi Bali, merintis penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi pembangkit listriknya serta membangun sejumlah pembangkit listrik skala kecil yang berbasis energi terbarukan. Persiapan ke arah itu dilakukan dengan melakukan penanaman 20 ribu pohon jarak pagar (jathropa curcas) sejak beberapa bulan lalu di Nusa Penida untuk memproduksi biofuel, kata General Manager (GM) PT PLN Distribusi Bali, Budiman Bachrulhayat, di Denpasar, Minggu. Menurut Budiman, penanaman pohon jarak difokuskan sebagai pembibitan selama setahun. Dalam pengembangan pohon tersebut, PLN Bali bekerjasama dengan Pemda Klungkung dalam penyediaan lahan dan sosialisasi kepada masyarakat serta Universitas Udayana untuk bidang teknik pengembangan tanamannya. Produksi minyak jarak melalui program partisipasi dan pemberdayaan masyarakat itu nantinya difungsikan sebagai konversi BBM jenis solar pada pembangkit PLN di Nusa Penida, Bali. "Program penananam pohon jarak sekaligus juga diharapkan dapat menyuburkan tekstur lahan di Nusa Penida yang dikenal sangat gersang," katanya. Sementara untuk memproduksi listrik berbasis energi terbarukan, lanjut Budiman, pihaknya pada akhir 2006 telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga angin PLT Bayu di Nusa Penida dengan kapasitas 2x80 kilo Watt (kW). "Pembangkit tenaga angin ini merupakan yang pertama di Indonesia dan dibangun melalui biaya APBN (Anggaran Pendapatan dan Biaya Negara)," ujarnya. Pengoperasian PLT Bayu di Nusa Penida dilakukan oleh koperasi setempat. Produksi listriknya dijual kepada PLN untuk kemudian disalurkan ke masyarakat, katanya. Selain angin, di Bali dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Karangasem. Peresmian pengoperasian PLTMH berkapasitas 25 kW itu dilakukan pada 11 Juli 2007 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). PLTMH Karangasem merupakan jenis pembangkit skala kecil yang pertama masuk dalam sistem interkoneksi kelistrikan Jawa-Bali. Budiman mengakui, kontribusi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit skala mini itu relatif masih kecil dibandingkan dengan konsumsi listrik masyarakat Bali yang kini mencapai 439 Mega Watt (MW). "Namun hal itu merupakan sebuah bentuk kepedulian dan upaya untuk mendukung pasokan energi dari pembangkit yang ramah lingkungan," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007