Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah, Selasa pagi, menguat sebanyak 10 poin menjadi Rp9.065/9.075 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.075/9.093, karena pelaku berspekulasi membeli rupiah. Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova, mengatakan pelaku pasar membeli rupiah karena dolar AS di pasar regional melemah terhadap yen. Dolar AS melemah terhadap yen dan euro menyusul kekhawatiran pelaku asing terhadap pasar gadai (hipotik) AS dan obligasi yang melemah, sehingga pertumbuhan ekonomi AS cenderung melambat, katanya. Pasar AS, merupakan pasar potensial bagi negara-negara Asia, apabila pertumbuhan ekonomi AS melambat, maka pendapatan dari penjualan produk mereka akan menurun. Untuk itu, bank sentral AS (The Fed) berusaha menurunkan tingkat suku bunganya untuk memicu ekonomi AS tumbuh lebih baik, katanya. Ia mengatakan pergerakan rupiah cenderung tak menentu, menguat dan menurun, meski pasar cenderung menekan, namun untuk mencapai level Rp9.100 per dolar AS terlihat sangat sulit. Meski demikian rupiah dinilai masih stabil dalam kisaran Rp9.000 sampai Rp9.100 per dolar AS. Kenaikan rupiah, agak tertahan oleh melemahnya pasar regional akibat merosotnya sejumlah saham industri elektronik seperti Samsung Electronic. Namun peluang rupiah untuk menguat lagi pada sore nanti cukup besar. Peluang pasar terhadap dolar AS sepanjang hari ini diperkirakan lesu, karena pelaku pasar asing menunggu data ekonomi AS, terutama sektor perumahan yang cenderung melemah. Hal ini menunjukkan pelaku pasar tetap ragu-ragu terhadap penguatan yang terjadi dalam beberapa hari lalu, ucapnya. Dolar AS terhadap yen turun 0,26 persen menjadi 120,71, euro naik 0,01 persen menjadi 1,3811 dan sterling naik menjadi 2,0618. (*)

Copyright © ANTARA 2007