Tulungagung (ANTARA News) - Rektorat IAIN Tulungagung, Jawa Timur akan memperketat seleksi mahasiswa baru dan meningkatkan pengawasan terhadap seluruh aktivitas mahasiswanya demi mencegah masuknya paham radikalisme ke dalam kampus.

"Ini terlepas bekas mahasiswi kami (Irma Novianingsih) yang barusan dideportasi dari Suriah dan kini menjalani pemeriksaan intensif di Rutan Bambu Apus, Jakarta Timur itu terbukti terkait jaringan ISIS atau tidak. Kami jadikan kejadian ini sebagai `cambuk` untuk perbaikan kedepannya," kata Pembantu Rektor III IAIN Tulungagung Abad Badruzzaman di Tulungagung, Senin.

Pihak rektorat langsung menggelar rapat khusus membahas isu tersebut pada Senin siang.

Hasilnya belum dijabarkan secara detail kepada awak media, lantaran konfirmasi disampaikan Abad sesaat sebelum rapat rektorat digelar.

Namun ia membocorkan beberapa poin yang menjadi atensi rektoran dan segera menjadi kebijakan kampus demi mencegah kasus "Irma Novianingsih" terulang.

"Sebentar lagi akan ada PBAK (Pekan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan). Dulu namanya opspek. Momentum ini akan kami jadikan sebagai ajang seleksi seketat mungkin demi penanggulangan dan penangkalan paham radikal di internal kampus," katanya.

Abad menegaskan, apabila selama PBAK maupun setelahnya ditemukan "korinah" (indikasi) mahasiswa yang berafiliasi faham radikal, Islam garis keras dan semacamnya, kampus tidak akan segan menggugurkan status kemahasiswaannya.

"Tentu akan kami cermati betul. Karena ini pertaruhannya terlalu besar," ujarnya.

Secara spesifik Abad menegaskan bahwa mahasiswi menggunakan jilbab secara wajar.

Mereka tidak akan mengizinkan mahasiswi yang menggunakan jilbab yang model cadar (bercadar).

"Jilbab itu wajib, sedangkan (menggunakan) cadar itu sifatnya sunah. Kami sudah siapkan semua argumentasi dan dasar tuntunan agama untuk mengantisipasi jika nanti ada yang protes dan menganggapnya sebagai pelanggaran HAM," ujarnya.

Langkah kedua yang juga segera dilakukan pihak IAIN Tulungagung adalah memberi komando kepada seluruh UKM, agar mereka turut terlibat dalam lingkar studi apapun untuk mengawasi dan melapor jika ada aktivitas maupun gerakan yang mencurigakan mengarah pada ajaran radikal.

"Semua kegiatan di dalam maupun di luar kampus jika ada keterlibatan mahasiswa kami dan mengarah pada gerakan yang bertentangan dengan ajaran Islam "rahmatan lil `alamin", kami akan tindak dengan tegas," kata Abad.

Baca juga: IAIN Tulungagung: Irma bukan lagi mahasiswa kami

Pencegahan sebenarnya sudah dilakukan IAIN Tulungagung sejak beberapa tahun terakhir.

Buletin dari luar kampus yang diindikasi berhaluan Islam radikal dan intoleransi sudah dilarang masuk dan disebar saat menjelang maupun usai shalat jumat.

Sebagai gantinya, buletin yang diperbolehkan beredar hanya yang diproduksi oleh kampus yang dikelola langsung oleh prodi manajemen dakwah.

Terakhir pencegahan dini dilakukan pihak IAIN Tulungagung saat penerimaan calon mahasiswa baru, baik melalui jalur khusus, jalur prestasi, maupun jalur mandiri dan umum.

"Antisipasi yang bisa dilakukan saat penerimaan mahasiswa baru adalah pada kesempatan her registrasi. Kesempatan itu kami optimalkan untuk mengidentifikasi jika ada calon mahasiswa baru yang sudah atau berpotensi terpapar paham radikal," ujar Pembantu Rektor I IAIN Tulungagung M Abdul Aziz.

Baca juga: Mahasiswi IAIN Tulungagung terlibat ISIS dideportasi dari Suriah

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018