Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 500 penjual minyak tanah dan pemilik pangkalan minyak tanah di Jakarta, Rabu, berunjuk rasa di depan Istana Presiden, Jakarta, guna menolak konversi minyak tanah ke gas yang mereka anggap dapat mengancam mata pencaharian mereka. Pedagang minyak tanah yang biasa mangkal di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat itu datang ke Istana setelah melakukan long march dari Jalan Salemba. Sambil membawa jerigen minyak tanah dan drum, mereka meneriakkan yel-yel penolakan rencana pemerintah tersebut dan berorasi. Pengunjuk rasa yang juga membawa poster bertulisan "Minyak Tanah Jangan Dikorupsi", dan "Hai Pemerintah Tolong Perhatikan Nasib Kami" itu mendapatkan pengawalan ketat dari polisi. "Kami meminta agar pemerintah membatalkan konversi minyak tanah ke gas, karena membuat mata pencaharian pedagang minyak tanah hilang," kata pedagang minyak tanah dari Sungai Bambu, Jakut, Sunardi (27). Para pedagang mengaku sudah sejak dua pekan lalu menganggur karena tidak ada lagi pasokan dari PT Pertamina. "Sejak dua pekan lalu, sudah tidak ada pasokan minyak tanah hingga kami praktis menganggur," katanya. Sementara itu, pengurus Forum Masyarakat Pengguna Minyak Tanah (FMPMT), Aria Ramdana, mengatakan kedatangan pengunjuk rasa ke istana tidak lain untuk menolak konversi minyak tanah ke gas dan kembalikan minyak tanah ke pasaran. "Aksi ini merupakan aksi awal dan jika tetap tidak dipedulikan pemerintah kami akan menurunkan massa yang lebih banyak lagi," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007