Jakarta (ANTARA News) - Deputi Senior Gubenur Bank Indonesia (BI), Miranda S. Goeltom, mengatakan bahwa pihaknya tetap menjalankan kebijakan "open capital account" meski banyak arus dana masuk ke Indonesia saat ini. "Kita tetap menjalankan `open capital account`, saya kira tidak memiliki pilihan tiba-tiba Indonesia menutup, seperti Malaysia," katanya di Jakarta, Kamis. Menurut dia, pilihan kebijakan yang diambil terhadap banyaknya arus dana yang masuk ke Indoensia adalah memperbaiki arus informasi untuk dapat mendeteksi aliran modal tersebut. "Kita punya pilihan, agar sektor tersebut lebih dapat dideteksi, lebih tidak terpengaruh, dan sebagianya," katanya. Ia mengatakan, pihaknya terus mengkaji informasi dari masuknya arus dana masuk tersebut untuk meningkatkan informasi bagi "early warning indikator" perekonomian. Hal ini perlu untuk mengetahui bentuk, macam dan bagaimana dana-dana tersebut masuk dan sesuai dengan fungsi yang dijalankannya. "Apakah selama ini informasi yang kita dapatkan, (dana) yang masuk, apakah sebagai 'commercial paper' atau bentuk 'paper' apapun itu benar seperti itu," katanya. Hal itu, menurut dia, diperlukan perlu karena adanya likuiditas global saat ini banyak dana yang mencari tempat untuk ditanamkan, sehingga membuat banyak manajer dana menjadi lebih kreatif dalam membuat jalan masuk, agar dana dapat ditanamkan. Untuk itu, ia menilai, perlunya sikap waspada dan mengetahui secara akurat tentang dana-dana tersebut. Selain itu, ia mengkhawatirkan akibat banyaknya dana yang masuk namun produk keuangan yang tersedia masih sangat sedikit akan memebuat harga produk keuangan melambung tinggi. "Kita tahu permintaan untuk produk banyak sekali karena banyaknya liquidity di luar sana, tetapi penawaran barang itu sedikit karena kapital marketnya belum `deepen` maka yang terjadi adalah harga barang naik, itu merupakan sesuatu harus kita amati," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007