New York (ANTARA News) - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena kekhawatiran tentang melonjaknya produksi Amerika Serikat dan turunnya permintaan di Tiongkok membebani kontrak dan JP Morgan memangkas proyeksi harganya.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, turun 21 sen AS menjadi menetap di 65,74 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor Reuters.

Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, turun 86 sen AS menjadi ditutup pada 76,46 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Untuk minggu ini, Brent telah turun 0,5 persen, sementara minyak mentah AS atau WTI tergelincir 0,3 persen.

Dalam tiga minggu terakhir, harga minyak telah menurun dari tertinggi tiga tahun karena pasar telah bersaing dengan kekhawatiran pasokan. Pada Jumat (8/6), harga minyak berada di bawah tekanan setelah data menunjukkan permintaan Tiongkok berkurang dan berlanjutnya kekhawatiran tentang peningkatan produksi AS.

Para hedge fund dan manajer uang lainnya memangkas taruhan "bullish" mereka pada kontrak berjangka minyak mentah AS dalam pekan yang berakhir 5 Juni, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi AS (CFTC) mengatakan.

JP Morgan memangkas proyeksi harga minyak mentah 2018 untuk WTI sebesar tiga dolar AS menjadi 62,20 dolar AS per barel. Bank tersebut mengatakan ketegangan geopolitik dan risiko-risiko gangguan pasokan yang berlarut-larut dapat mendorong harga lebih tinggi selama paruh kedua 2018, mereka memperkirakan harga akan turun lebih rendah di akhir tahun, dan tetap dibatasi pada 2019.

Kontrak berjangka turun setelah prakiraan itu dikeluarkan, dan kemudian memangkas kerugian.

Impor minyak mentah Tiongkok pada Mei turun dari rekor tertinggi bulan sebelumnya, data pabean menunjukkan, karena kilang-kilang yang dikelola negara memasuki pemeliharaan yang direncanakan.

Pengiriman Mei mencapai 39,05 juta ton, atau 9,2 juta barel per hari (bph). Itu dibandingkan dengan 9,6 juta barel per hari pada April.

Harga minyak lebih lanjut tertekan setelah data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa produksi meningkat, mencapai rekor lagi pada minggu lalu di 10,8 juta barel per hari.

Pengebor minyak AS menambahkan satu rig minyak dalam seminggu yang berakhir 8 Juni, sehingga jumlah total menjadi 862 rig, tingkat tertinggi sejak Maret 2015, perusahaan jasa energi General Baker Co. Baker Hughes mengatakan dalam laporannya yang diikuti dengan cermat.

Lonjakan produksi AS telah menurunkan WTI kedalam sebuah diskon terhadap Brent lebih dari 11 dolar AS per barel, paling curam sejak 2015.


Pasar Masih Ketat

Meskipun terjadi penurunan pada Jumat (8/6), Brent tetap lebih dari 15 persen di atas levelnya pada awal tahun ini.

Bank investasi AS, Jefferies mengatakan pasar minyak mentah ketat dan kapasitas cadangan bisa berkurang menjadi dua persen dari permintaan pada paruh kedua 2018, tingkat terendah setidaknya sejak 1984.

Pasar telah diperketat oleh masalah pasokan di Venezuela, di mana perusahaan minyak milik negara PDVSA sedang kesulitan untuk membersihkan backlog sekitar 24 juta barel minyak mentah yang menunggu untuk dikirim ke pelanggan.

Lebih umum, Brent telah didorong oleh pemotongan produksi sukarela yang diberlakukan tahun lalu, yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia.

OPEC dan Rusia bertemu pada 22-23 Juni untuk membahas kebijakan produksi.

Pada Jumat (8/6), produsen terbesar ketiga OPEC Iran mengkritik permintaan AS terhadap Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak guna menutupi penurunan ekspor Iran dan meramalkan bahwa OPEC tidak akan mengindahkan permohonan itu.

Berita utama tentang rencana anggota OPEC untuk pertemuan bulan ini akan menyebabkan perubahan pasar yang bergejolak, kata Tariq Zahir, anggota pengelola Tyche Capital Advisors di New York.

"Saya pikir ini akan menjadi sangat berombak," katanya.

(UU.A026)

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018