Canberra (ANTARA News) - Para rektor dari 20 perguruan tinggi negeri (PTN) yang tergabung dalam Konsorsium PTN kawasan timur Indonesia akan menghadiri pertemuan para rektor universitas-universitas di Australia (Australian Vice Chancellor Meeting) di Canberra, 31 Juli mendatang. "Para rektor yang tergabung dalam Konsorsium PTN di kawasan timur Indonesia ini juga akan bertemu dengan `University Australia Board` (UAB). Jadi ini merupakan kesempatan yang bagus bagi PTN kita untuk menjalin kerjasama dengan universitas-universitas di Australia," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra, DR R. Agus Sartono, MBA, Jumat. Para rektor dari 20 PTN Indonesia, seperti Universitas Negeri Cenderawasih, Universitas Pattimura, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Udayana, itu dijadwalkan tiba di Sydney pada 30 Juli pagi. Pada hari yang sama, mereka langsung menuju Canberra guna bertemu dengan pimpinan Universitas Canberra untuk membicarakan kerja sama yang mungkin dikembangkan, katanya. "Pada 31 Juli antara Pukul 10.00 dan 12.00, mereka diterima Duta Besar TM Hamzah Thayeb di KBRI Canberra sebelum bertemu pihak UAB. Pada hari berikutnya, di antara anggota delegasi kita ini akan berangkat ke Universitas Melbourne dan Universitas New Castle untuk mengembangkan kerja sama antaruniversitas." "Kerja sama univesity-to-university ini adalah langkah yang bagus karena hanya melalui kerja sama seperti ini, baik melalui program dual degree (gelar akademik ganda) atau pun program pertukaran, universitas-universitas di Indonesia akan mendapat pengakuan bersama dari perguruan tinggi di Australia," katanya. Langkah para rektor dari 20 universitas di kawasan timur Indonesia yang menjalin kerja sama di tingkat university-to-university itu sejalan dengan keinginan Diknas mendorong semakin banyak lagi PT Indonesia menjadi universitas-universitas berkelas dunia, kata Agus. Menurut dia, ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menjadikan universitas di Indonesia berkelas dunia, yakni melalui program pertukaran seperti mengambil program magister di universitas di Indonesia selama setahun, dan setahun lagi di universitas di Australia (yang bermitra). "Artinya, ada pengakuan angka kredit. Cara kedua adalah melalui akreditasi kelembagaan. Contohnya adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM yang akan diakreditasi oleh AACSB (Asosiasi Kolese Sekolah Bisnis Amerika) waktu dekat ini. Kalau ini berhasil diperoleh, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM akan menjadi yang pertama di Indonesia yang mendapatkan akreditasi AACSB." (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007