Jakarta (ANTARA News) - Tepat pada Kamis tanggal 14 Juni 2018 ini, gegap gempita putaran final Piala Dunia sepak bola edisi ke-21 yang dihelat di Rusia, akan bergulir.

Sebanyak 32 tim terbaik dari lima zona Asosiasi Federasi Sepak Bola Antar Bangsa (FIFA), yakni Amerika Selatan (CONMEBOL), Amerika Tengah-Utara-Karibia (CONCACAF), Afrika (CAF), Asia-Oseania (AFC) dan Eropa (UEFA), akan bertarung memperebutkan predikat "yang terbaik di dunia".

Selepas hasil undian pembagian grup putaran final Piala Dunia 2018 yang dihelat di Istana Kremlin, Jumat (1/12/2017) diketahui, banyak yang menyebut Grup D adalah grup "neraka" dengan melihat komposisi kontestan yang tergabung di grup tersebut.


Kekuatan tim
Untuk menjadi juara Grup D, Argentina, yang diarsiteki Jorge Sampaoli berada di barisan paling depan dengan posisi mereka yang kini ada di peringkat lima FIFA.

Bukan tanpa alasan juga, jika melihat rekam jejaknya, sejak Piala Dunia 1930 Argentina hanya empat kali gagal lolos ke putaran final dan dari seluruh partipasi mereka, tim Tango hanya tiga kali terhenti di fase grup.

Catatan mereka di tiga edisi Piala Dunia terakhir-pun cukup positif, dengan menembus perempat final pada edisi 2006 dan 2010 serta menjadi finalis di edisi 2014.

Selain itu, dengan skuat bertabur bintang sepak bola seperti Lionel Messi (Barcelona), Sergio Aguero (Manchester City), Paulo Dybala (Juventus) dan lainnya ini, Argentina-pun menjadi favorit juara Grup D, bahkan juara dunia pada akhir kompetisi nanti.

Lalu bagaimana dengan kekuatan tim lainnya di Grup D? Jika mengacu pada peringkat FIFA, tim selanjutnya yang menjadi kandidat terkuat untuk lolos ke putaran dua, kemungkinan besar secara beruntun adalah Kroasia, Islandia dan Nigeria.

Kroasia pertama kali lolos ke Piala Dunia pada edisi 1998 di Prancis dan langsung menjadi semifinalis, sebelum dihentikan tuan rumah Prancis (1-2) yang kemudian menjadi juara Piala Dunia edisi tersebut.

Namun selepas kegemilangan itu, Kroasia seperti tenggelam dengan selalu terhenti di fase grup, yang terparah, ketika mereka harus absen dari Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.

Namun kini, "Vatreni" (sebutan timnas Kroasia) yang didapuk sebagai penghuni peringkat 18 FIFA, dengan bakat-bakat luar biasa-nya seperti Ivan Perisic (Inter Milan), Ivan Rakitic (Barcelona), Mario Mandzukic (Juventus), Luka Modric (Real Madrid) dan masih banyak lagi di bawah asuhan Zlatko Dalic, berubah menjadi kuda hitam terkuat untuk lolos ke fase kedua dari Grup D.

Selanjutnya, salah satu negara Skandinavia, Islandia, menjadi tim dengan kemungkinan terbesar ketiga untuk lolos dari fase grup D dalam pergelaran Piala Dunia 2018 yang merupakan debutnya ini.

Kendati menjadi debutan ajang sepak bola terakbar empat tahunan tersebut, namun penampilan impresif negara berpenduduk 300 ribu jiwa ini, sejak di ajang Euro 2016 lalu di mana mereka sama-sama merupakan debutan, mampu membuat publik sepak bola dunia berdecak kagum dengan prestasinya mampu melaju hingga ke perempat final.

Bersama komposisi skuat yang hampir seluruhnya sama dengan Euro 2016, yakni nama-nama seperti Gylfi Sigurdsson (Everton), Alfred Finbogasson (Augsburg), Johann Berg Gudmunsson (Burnley), Birkir Bjarnason (Aston Villa) dan sang kapten Aron Gunnarsson (Cardiff City), pelatih Heimir Hallgrimsson berharap bisa kembali memaksimalkan status "underdog" yang mereka miliki di Piala Dunia ini.

Jika tetap mengacu pada peringkat FIFA, tim yang menjadi kandidat terakhir untuk lolos dari Grup D, adalah sang Elang Super dari Afrika, Nigeria, yang kini berada di posisi 47.

Sempat tidak dijagokan bisa lolos ke Rusia 2018 seiring dengan menurunnya performa mereka yang ditandai dengan tak lolosnya mereka ke Piala Afrika 2015 dan 2017 lalu, pelatih asal Jerman, Gernot Rohr, hadir bagai juru selamat sang Elang.

Rohr yang datang sejak 2016 lalu, sedikit banyak mampu mengembalikan Nigeria ke tren positifnya. 

Dalam menghadapi partisipasi kelima kalinya Elang Super berlaga di Piala Dunia pada 2018 ini, Nigeria memboyong serta bintang-bintangnya yakni Victor Moses (Chelsea), Alex Iwobi (Arsenal), Wilfrred Ndidi (Leicester City), Kelechi Iheanacho (Leicester City), Ahmed Musa (CSKA Moscow), Simeon Nwankwo (Crotone) dan Chidozie Awaziem (Nantes) yang diprediksi siap memberi perlawanan bertenaga bagi kompetitornya.


Persaingan
"Menjebak dan penuh ambisi" mungkin itulah yang bisa menggambarkan persaingan di Grup D Piala Dunia 2018.

Argentina mungkin yang paling bersinar jika melihat raihan dua gelar juara mereka (1978 dan 1986). Namun sang kuda hitam Kroasia, debutan Islandia dan tim bertenaga asal Afrika, Nigeria juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang bukan tak mungkin akan memberikan kejutan di Rusia.

Argentina dipastikan akan melawan trauma gagalnya misi mereka di partai final Piala Dunia 2014, untuk menghentikan paceklik gelar tim Tango sejak 1986.

Ambisi untuk menjadi jawara juga dipastikan akan meledak-ledak, terutama dari Lionel Messi yang akan berusaha mati-matian mendapatkan gelar prestisius tersebut, sebab "hutang" gelar itu akan terus menjadi "cacat" dalam karir La Pulga jika seandainya tidak berhasil didapatkannya, dan dia akan terus berada di bawah bayang-bayang pesepak bola legendaris dunia lainnya, Diego Maradona dan Pele.

Di sisi lain, ambisi besar juga diusung Kroasia. Generasi penuh talenta Kroasia saat ini yang dihuni Luka Modric, Ivan Rakitic, Mario Mandzukic, hingga Ivan Perisic, tak mau jatuh ke lubang yang sama terhenti di fase grup, seperti empat tahun silam di Brazil.

Di edisi kali ini, Kroasia diperkirakan akan sangat berambisi mengulang kesuksesan dalam Piala Dunia 1998 saat mereka mencetak capaian apik dengan mengamankan posisi ketiga usai menaklukkan Belanda 2-1, dan bahkan Kroasia sempat membabat tim kuat, Jerman, dengan skor 3-0 di perempat final.

Meskipun menjadi dua tim terkuat di Grup D, Argentina dan Kroasia juga tidak bisa memandang sebelah mata dua tim lainnya, yakni Islandia dan Nigeria.

Islandia yang menjadi debutan di Piala Dunia 2018, telah menunjukkan kejutan di Euro 2016 di mana mereka mampu menahan imbang Portugal di fase grup dan menyingkirkan Inggris di putaran 16 besar, sebelum akhirnya takluk dari tuan rumah Prancis di perempat final.

Di kualifikasi zona Eropa lalu, Kroasia juga sempat merasakan kedigdayaan Islandia setelah dipaksa finis di belakang mereka yang membuat tim dari semenanjung Balkan itu harus melalui "play-off" demi memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2018.

Sementara Nigeria, menahbiskan diri sebagai tim pertama zona Afrika yang lolos ke Rusia di kualifikasi lalu yang dibuktikan mereka dengan lolos dari grup neraka (Grup B) di babak kualifikasi zona CAF, di atas Zambia, Kamerun dan Aljazair (tiga penguasa sepak bola Afrika) untuk melaju ke Rusia 2018.

Dan bukan tidak mungkin faktor kuat kecemerlangan Gernot Rohr dalam meramu Nigeria yang diketahui merupakan pemasok utama bintang-bintang liga Eropa asal Afrika, menjadi kunci penting Nigeria dalam mengarungi Piala Dunia 2018 ini.

Dari rekor pertandingan, Kroasia dan Islandia bertemu enam kali di kualifikasi Piala Dunia dalam delapan tahun terakhir. Sementara bagi Argentina, ini akan menjadi pertemuan perdana mereka melawan Islandia.

Pertemuan Kroasia versus Nigeria di Grup D nanti juga bakal menjadi perdana bagi sejarah perjumpaan kedua tim. Tapi tidak bagi Argentina kontra Nigeria yang telah empat kali berjodoh di fase grup Piala Dunia, di mana Argentina selalu menang masing-masing dengan skor 2-1 pada Piala Dunia 1994, 1-0 pada Piala Dunia 2002, 1-0 pada Piala Dunia 2010, dan 3-2 pada Piala Dunia 2014.

Akan tetapi, kepercayaan diri pasukan Elang Super arahan Gernot Rohr saat ini bisa disebut sedang baik, akibat suksesnya mereka menggulung Argentina 4-2 di laga persahabatan pada 14 November 2017 lalu.

Melihat kekuatan, rekam jejak dan persaingan yang bakal terjadi, sangat pantas rasanya publik sepak bola menantikan dan menjadi saksi siapakah yang akan lolos dari "lubang jarum" Grup D yang akan mulai memainkan pertandingan perdananya lewat pertarungan Argentina dan Islandia pada 16 Juni 2018 mendatang pukul 20:00 WIB.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018