New York (ANTARA News) - Harga minyak memperpanjang kenaikannya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data resmi menunjukkan terjadi penurunan yang jauh lebih besar dari perkiraan pada persediaan minyak mentah Amerika Serikat.

Xinhua melaporkan, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, melompat 2,23 dolar AS menjadi menetap di 72,76 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, bertambah 1,31 dolar AS menjadi 77,62 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya pada Rabu (27/6) bahwa stok minyak mentah negara itu turun 9,9 juta barel pekan lalu, menandai penurunan mingguan terbesar sepanjang tahun ini.

Sementara itu, stok bensin naik 1,2 juta barel selama seminggu, sementara stok distilat tidak berubah selama seminggu, menurut EIA.

Total produksi minyak mentah domestik AS mencapai 10,9 juta barel per hari pekan lalu, tidak berubah dari minggu sebelumnya, kata EIA.

Sehari sebelumnya, harga minyak juga melonjak di tengah laporan bahwa Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk memotong semua impor minyak dari Iran hingga nol pada November.

Perusahaan yang membeli minyak mentah Iran harus benar-benar memotong ekspor tersebut pada awal November atau mereka akan menghadapi sanksi AS yang sangat kuat, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan pada Selasa (26/6), menurut CNBC.

Departemen Luar Negeri telah menyampaikan pesan itu kepada para diplomat Eropa dalam pembicaraan baru-baru ini, kata pejabat itu menambahkan.

Sementara itu, harga minyak juga mendapat dukungan dari penutupan di fasilitas ladang minyak terbesar Kanada dan kekhawatiran tentang ekspor minyak mentah Libya karena perkembangan dalam konflik yang sedang berlangsung di negara itu.

(UU.A026)
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018