"Indonesia juga akan mendukung Timor Leste masuk keanggotaan ASEAN. Saya yakin kehadiran Presiden Francisco dapat meningkatkan kembali kerja sama kita, baik di level parlemen maupun eksekutif pemerintahan," kata Bambang saat menerima Presiden Republik Demokratik Timor Leste Francisco Guteres Lu Olo di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat.
Dia juga mengucapkan terimakasih atas dukungan Timor Leste kepada Indonesia sehingga bisa menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2022.
Bambang menilai kedua negara telah menunjukan wujud nyata dalam bekerjasama di berbagai forum internasional dan Indonesia tetap membutuhkan dukungan Timor Leste dalam menjalankan perannya sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB.
Dia mengatakan hubungan Indonesia-Timor Leste telah berlangsung baik dan hubungan kedua negara tidak bisa dipisahkan, sejarah mencatat Timor Leste pernah menjadi provinsi termuda di Indonesia.
"Sejak tahun 1999, Timor Leste akhirnya menjadi negara merdeka. Namun hubungan persaudaraan keduanya tidak akan bisa dipisahkan hanya karena sekat perbedaan negara," ujarnya.
Bambang menjelaskan pentingnya hubungan Indonesia-Timor Leste antara lain juga telah diwujudkan dalam pembangunan 3 Pos Lintas Batas (PLB) yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2016.
Ketiga PLB itu menurut dia, PLB Motain di Kabupaten Belu, PLB Motamasin di Kabupaten Malakad dan PLB Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara.
"Ketiga PLB tersebut dapat menjadi pintu masuk bagi peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara," katanya.
Di bidang perdagangan menurut dia, tercatat pada tahun 2017 nilai perdagangan kedua negara mencapai 229,99 juta dolar AS dan di tahun yang sama, nilai investasi Indonesia di Timor Leste mencapai 595,39 juta dolar AS yang tersebar di bidang infrastruktur, energi, keuangan dan perbankan, obat-obatan serta alat kesehatan.
Dia berharap Timor Leste di bawah pemerintahan Presiden Francisco Guteres dapat mendorong peningkatan iklim investasi di sana, karena saat ini terdapat sekitar 14 BUMN dan lebih dari 400 perusahaan Indonesia yang beroperasi di Timor Leste.
"Hal yang tidak kalah penting untuk ditingkatkan adalah bidang pembangunan manusia. Hingga tahun 2017, sudah ada 12.000 mahasiswa dari Timor Leste yang belajar di Indonesia baik melalui jalur beasiswa maupun dengan biaya sendiri. Jumlah pelajar dari Indonesia di Timor Leste sudah mencapai sekitar 2.107 dengan jumlah WNI yang tinggal dan bekerja di sana hampir 9.000 jiwa," tuturnya.
Presiden Francisco Guteres menyatakan tekadnya untuk senantiasa bergandengan tangan dengan Indonesia bahkan menginginkan parlemen Timor Leste bisa belajar banyak dan bertukar pikiran dengan parlemen Indonesia.
Menurut dia, Timor Leste senang dengan perkembangan demokrasi di Indonesia yang baru saja menyelesaikan pemilihan kepala daerah secara damai.
"Tahun depan juga akan menyelenggarakan Pemilu Legislatif dan Presiden, saya yakin akan berjalan dengan kondusif. Ini menjadi pelajaran penting bagi Timor Leste dalam membangun konsolidasi berbangsa dan bernegara," kata Presiden Francisco Guteres.
Hadir dalam pertemuan tersebut Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto, Wakil Ketua DPR RI Utut Adianto, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen Nurhayati Ali Assegaf, Ketua Komisi V DPR RI Fary Francis, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha.
Presiden Francisco Guteres ditemani Minister for Foreign Affairs and Coperation Dionisio Da Costa Babo Soares, Chief of Civil House Francisco Maria de Vasconcelos, Chief of Defence Force Major General Tito da Costa Cristovao, dan Chief of Military House Colonel Antonio Soares da Silva.
Baca juga: Indonesia apresiasi dukungan Timor Leste di PBB
Baca juga: Presiden Jokowi terima kunjungan kenegaraan Presiden Timor Leste
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018