Hasil identifikasi sementara dari 80 juta hektare lahan kering maupun rawa yang berpotensi menjadi lahan produktif pertanian sekitar 24 juta hektare."
Pati (ANTARA News) - Lahan kering seluas 24 juta hektare yang tersebar di sejumlah wilayah di Tanah Air bisa dimanfaatkan sebagai lahan produktif, kata Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi.

"Hasil identifikasi sementara dari 80 juta hektare lahan kering maupun rawa yang berpotensi menjadi lahan produktif pertanian sekitar 24 juta hektare," ujarnya ditemui usai menghadiri pembukaan pameran inovasi teknologi pertanian dalam rangka aksi peduli lingkungan pertanian di Kantor Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) Kayen, Kabupaten Pati, Senin.

Puluhan juta hektare lahan tersebut, katanya, tersebar di luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Papua dan Sulawesi.

Untuk saat ini, kata dia, pemanfaatan lahan kering menjadi lahan produktif masih terus bergulir.

Ia memiliki target perluasan lahan yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan produktif hingga 10 juta hektare.

Lahan yang bisa segera dimanfaatkan tersebut, tambahnya, merupakan lahan kering tegalan sehingga bisa segera dimanfaatkan.

Dalam rangka mendukung optimalisasi lahan kering menjadi lahan produktif, katanya, pemerintah juga tengah menggalakan pembangunan embung maupun dam parit.

Upaya lainnya, yakni dengan melakukan perbaikan saluran irigasi tersier.

Program pembangunan embung, kata dia, mencapai 30.000 unit embung, sedangkan yang sudah terealisasi berkisar 4.000-5.000 unit embung dengan berbagai ukuran.

"Petani juga banyak yang menginginkan pembangunan dam parit karena tidak perlu menyediakan lahan yang luas, melainkan cukup memanfaatkan saluran air yang ada dengan dilengkapi dengan dam parit," ujarnya.

Ketika musim kemarau, katanya, air yang masih tersimpan bisa dimanfaatkan oleh petani setempat, demikian halnya keberadaan embung juga demikian sebagai suplai pada musim kemarau.

Pemerintah daerah, katanya, bisa turut membantu pembangunan embung dengan menggunakan dana desa.

Hal itu, kata dia, sudah diperkuat dengan instruksi presiden sehingga tidak perlu khawatir dalam pemanfaatannya.

"Dalam pembuatan embung tersebut, tentunya bisa dikerjasamakan dengan kementerian lain yang terkait pembuatan desain dan ukurannya," ujarnya.

Terkait dengan varietas tanaman padi yang bisa ditanam pada lahan tersebut, katanya, sudah tersedia sehingga petani tidak perlu mengkhawatirkan.

Di antaranya, inpago yang merupakan varietas unggul padi yang telah teruji toleransinya terhadap kekeringan serta untuk padi gogo terdapat padi gogo rindang yang toleran terhadap naungan.

"Produktivitas varietas tersebut juga telah teruji cukup bagus dan menguntungkan petani, termasuk varietas untuk tanaman jagung," ujarnya.

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018