Jakarta (ANTARA News) - Ekspor makanan tradisional sejak 2002 mengalami penurunan drastis dari 45 juta dolar AS menjadi hanya sekitar 20 juta dolar AS pada 2006. "Amat sangat disayangkan ekspor makanan tradisional kita yang tadinya cukup baik semakin turun dalam lima tahun terakhir secara drastis dengan rata-rata penurunan 15 persen," kata Sekretaris Jenderal Departemen Perdagangan, Hatanto Reksodipoetro, saat memberikan keterangan pers tentang Pameran Pangan Nusa 2007 di Jakarta, Rabu. Berdasarkan catatan Depdag, ekspor makanan tradisional ekspor makanan tradisional pada 2002 mencapai 44,994 juta dolar AS, turun menjadi 20,191 juta dolar AS pada 2003, menjadi 23,813 juta dolar AS pada 2004, dan anjlok menjadi 19,586 juta dolar AS pada 2005. Ekspor terbesar ditujukan ke Jepang dengan pangsa pasar 87,15 persen atau pada 2006 mencapai 17,476 juta dolar AS dengan volume 2.055 ton. Tujuan ekspor kedua terbesar adalah Singapura (981ribu dolar AS) dan Hongkong (437ribu dolar AS). Hatanto mengaku masih mencari penyebab menurunnya angka ekspor tersebut karena sektor tersebut merupakan kontributor terbesar dalam total produksi usaha kecil menengah (UKM) dan menyerap jutaan tenaga kerja. "Dari total produksi UKM yang mencapai Rp1.107,54 triliun, sektor makanan UKM menyumbang produksi senilai Rp439,86 triliun," ujar Hatanto. Selain itu, jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai jutaan orang. Pemerintah mendorong peningkatan daya saing produk makanan lokal termasuk kualitas, pemasaran, dan hak kekayaan intelektual. Untuk itu, Depdag akan menggelar pameran produk makanan "Pangan Nusa 2007" pada 9-12 Agustus 2007 di Kartika Expo Center, Balai Kartini Jakarta.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007