Baturube, Sulteng (ANTARA News) - Sebagian besar korban banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, yang mempertahankan hidup di lima tempat penampungan di Baturube (ibukota kecamatan Bungku Utara) mengalami tekanan kejiwaan (stres). Indikasi tekanan kejiwaan yang dialami para korban banjir itu antara lain tekanan darah mereka yang naik drastis menjadi di atas 140 mmHg (milimeter air raksa), kata Andi Witraramon, koordinator lapangan Posko Kesehatan di Baturube, Kamis. Ia menjelaskan, beratnya beban hidup yang dipikul para korban banjir dan tanah longsor tersebut seperti kehilangan anggota keluarga, rumah tinggal, lahan pertanian dan perkebunan, serta masa depan yang belum menentu merupakan pemicu utama munculnya stres. "Masalah ini perlu menjadi perhatian serius semua pihak terkait, sebab apabila stres berlangsung berlarut-larut akan memunculkan berbagai macam penyakit serius," kata dia yang juga petugas kesehatan tersebut. Khaeruddin Lego (35), warga desa Ueruru di kecamatan Bungku Utara misalnya, hingga saat ini mengalami stres berat dan bolak-balik ke Posko Kesehatan Baturube, akibat tidak mampu memikul beban hidup yang dihadapinya. "Saya tidak punya siapa-siapa lagi. Istri, dua anak, ipar, serta mertua perempuan dan laki-laki sudah hilang terkubur tanah longsor. Bahkan kebun kakao yang menjadi tumpuan hidup kami lenyap diterjang tanah longsor," tuturnya dan mengaku tengkuk bagian belakang kepalanya kurun sepekan terakhir selalu menegang. Andi juga mengatakan, jumlah pasien yang telah diobati pada lima Posko Kesehatan di Baturube dari hari ke hari terus bertambah, dan yang tercatat hingga Kamis pagi sudah mencapai lebih 1.500 orang. Mereka umumnya berasal dari desa-desa di kecamatan Bungku Utara dan Mamosalato. Pasien yang datang berobat tersebut umumnya menderita penyakit diare, gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan akut, serta mengalami luka ringan. Semua mereka juga telah ditangai dengan baik. Khusus yang luka berat atau mengalami sakit berat, katanya, telah dirujuk ke RSU Kolonodale (bekas ibukota Kabupaten Morowali). Posko Kesehatan setempat juga melaporkan persediaan obat-obatan mereka semakin menipis. "Kami berharap sebagian dari dua ton obat-obatan kiriman dari Depkes yang masih tertahan di Kolonodale, segera dikirim ke Baturube," tutur Abdi. Masih, menurut dia, masalah lain yang dihadapi para korban bencana alam yang berada di Baturube serta desa-desa lain di kecamatan Bungku Utara dan Mamosalato saat ini adalah keterbatasan air bersih, akibat sumber air warga mengalami kerusakan dihajar banjir bandang dan tanah longsor. Sejak beberapa hari terakhir, petugas gabungan sedang berusaha membangun beberapa buah sumur pompa di desa-desa yang mengalami krisis air bersih, selain adanya bantuan dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Palu yang menyediakan kapal untuk mengangkut 50 ton air bersih setiap kali pembongkaran. "Kami sangat berharap sarana air bersih yang dibangun tersebut serta kapal yang disediakan Lanal Palu secepatnya beroperasi, agar dapat memenuhi kebutuhan pengungsi dan masyarakat lainnya," ujar Andi menambahkan. Dikonfirmasi di Palu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, dr Abdullah DHSM, mengatakan hampir semua orang yang berada di lokasi bencana Kabupaten Morowali mengalami stres. "Di sana bukan hanya korban banjir yang mengalami stres, tapi petugas kemanusiaan juga mengalami hal serupa," katanya. Ia mengatakan, untuk penanganan korban banjir dan tanah longsor di Morowali, pihaknya dalam tahap awal ini memprioritaskan terlebih dahulu mereka yang mengalami cedera berat dan menderita penyakit serius seperti diare, karena dampaknya jika dibiarkan bisa segera membunuh manusia. "Masalah ini sifatnya emergency sehingga tenaga medis yang kami kirim ke sana lebih diutamakan dokter ahli bedah, dokter ahli anak, dokter umum, disertai suster yang membantu meringankan tugas mereka," kata dia. Tapi, lanjut Abdullah, setelah semua korban yang menderita sakit serius memperoleh terapi dari petugas medis, pihaknya akan mengirimkan tenaga dokter lain untuk menangani semua pasien yang mengalami gangguan psyihis akibat dampak yang ditimbulkan oleh bencana banjir bandang dan tanah longsor. Khusus persediaan obat-obatan, dokter Abdullah menyaksikan terjadi kekurangan di Posko-Pokso Kesehatan yang ada di kecamatan Bungku Utara dan Mamosalato. "Stok yang ada di pokso induk Kolonodale setiap hari selalu dikirim, bahkan kapan saja diminta kami segera meresponnya," kata dia. Untuk menangani masalah kesehatan di daerah bencana tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi sulteng sejak pekan lalu sudah menempatkan 16 orang dokter ahli dan dokter umum, serta 57 perawat dan bidan. "Jumlah petugas kesehatan yang ditempatkan di posko induk RSU Kolonodale serta lima posko lapangan di kecamatan Bungku Utara dan Mamasalato untuk sementara masih cukup," kata dia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007