Seoul (ANTARA News) - Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) menolak kemungkinan aksi militer untuk menyelamatkan 21 sandera Korsel yang ditahan para gerilyawan Taliban di Afghanistan, kata laporan-laporan media. Ia dan Deputi Menlu AS, John Negroponte, sepakat bahwa mereka akan terus berusaha bagi pembebasan dengan selamat para sandera, dan menambahkan AS tidak mempersiapkan operasi-operasi militer dalam masalah itu, kata Menlu Korsel Song Min Soon yang dikutip kantor berita Yonhap di Manila. Song dan Negroponte membicarakan krisis sandera itu, yang kini memasuki minggu ketiga, di sela-sela pertemuan Forum Regional ASEAN di ibukota Filipina, Manila. "Korsel dan AS sepakat untuk mengesampingkan operasi-operasi militer," kata Song kepada wartawan setelah pertemuan itu seperti yang dikutip Yonhap. "Saya kira kerjasama antara Korsel dan AS dalam berbagi informasi berlangsung sangat baik. Kedua negara akan melanjutkan usaha untuk menyelesaikan krisis sandera itu secepat mungkin dan selamat," katanya. Pada hari Rabu, Afghanistan dan Korsel membantah spekulasi bahwa misi penyelamatan militer telah dilakukan. Militer Afghanistan mengkonfirmasikan bahwa pihaknya mulai melakukan operasi terhadap gerilyawan Talinan di provinsi Ghazni, Afghanistan tenggara, tapi menegaskan itu bukan bertujuan membebaskan para sandera Korsel. Jurubicara Taliban Qari Mohammad Yusif Ahmadi mengemukakan kepada kantor berita DPA bahwa seandainya aksi kekerasan itu terjadi, dan akibatnya menimpa para sandera yang tersisa, dua dari mereka telah ditembak amti, maka pemerintah Korsel dan Afghanistan akan memikul tanggungjawab. Tidak ada ultimatum dikeluarkan bagi tuntutan gerilaywan-- yang termasuk pembebasan delapan tahanan Taliban yang ditahan pemerintah Afghanistan --dipenuhi. Akan tetapi jurubicara Taliban tidak mengesampingkan bahwa satu tenggat waktu baru akan ditetapkan . Batas waktu terbaru berakhir Rabu petang (14:30 WIB). Pada 19 Juli, satu kelompok 23 warga Kristen Korsel, termasuk 18 wanita yang berusia antara 20 tahun dan 30-tahunan, diculik ketika sedang dalam perjalanan ke kota Kandahar , Afghanistan selatan dari Kabul. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007