Oleh Desy Saputra Jakarta (ANTARA News) - Putri Raemawasti (20) mengenakan busana biru laut duduk di ujung deretan kursi 36 finalis Pemilihan Puteri Indonesia 2007 pada hari pertama karantina. Wajahnya dipoles riasan tipis dengan rambut lurus terurai sebahu. Meski terlihat pendiam di awal bertemu dengan teman-teman baru sesama finalis, Putri selalu tampak tersenyum dan bersikap tenang. "Saya ikut pemilihan ini bermodalkan keberanian dan percaya diri," ujarnya. Bermodal keberanian pula, maka dalam Malam Grand Final Pemilihan Puteri Indonesia 2007 di Balai Sidang Jakarta, Jumat (3/8), Putri menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dewan juri. Pada malam yang mendebarkan bagi setiap finalis tersebut, gadis asal Blitar, Jawa Timur ini menjawab dengan tenang, singkat, dan lugas pertanyaan dewan juri yang dibacakan MC Ferdi Hassan. Pertanyaan itu adalah tentang perbedaan mendasar seorang "pahlawan" dengan "pengecut". "Seorang pengecut mati berkali-kali di sepanjang hidupnya, sedangkan seorang pahlawan hanya mati satu kali dalam hidupnya," jawab Putri mantap disambut tepuk tangan meriah para penonton. Gadis kelahiran Blitar, 5 Desember 1986 ini juga mampu menjawab dengan baik pertanyaan dari salah seorang juri, Thamrin B Bachri (dari Direktorat Pemasaran Depbudpar) pada saat ia masuk babak 10 besar. Thamrin yang malam itu menanyakan lima dari 10 target Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium /MDGs) mengangguk-anggukkan kepala seolah puas dengan jawaban Putri. "Pertama adalah penyetaraan gender, pemerataan kesehatan, pendidikan bagi anak-anak, memerangi HIV/AIDS dengan menggalakkan penyuluhan, serta menggalang kerjasama dengan pihak swasta," ujar gadis yang hobi menari, membaca, dan olahraga ini. Sejak duet MC Ferdy Hassan dan Nadia Mulia mengumumkan 10 besar terbaik dari 36 finalis Puteri Indonesia 2007, Putri yang sejak kecil memiliki ketertarikan di bidang pariwisata ini melenggang dengan tenang. Pemilik tinggi badan 172 cm ini lantas menembus babak tiga besar dan akhirnya terpilih sebagai Puteri Indonesia 2007 menggantikan Agni Pratistha, Puteri Indonesia 2006. Menjadi seorang Puteri Indonesia 2007 ditempuh Putri melalui serangkaian perjalanan panjang. Di kota kelahirannya, Blitar (Jawa Timur), Putri pernah menjadi juara Kang Mas/Diajeng 2005 (Duta Wisata Kota Blitar). Prestasinya itu diraih berkat kecintaannya pada dunia pariwisata yang dimulai sejak dirinya masih kanak-kanak. "Kebetulan rumahku berada di belakang perpustakaan Bung Karno. Dari situ aku sering melihat wisatawan berkunjung ke makam Bung Karno, dan mulai terdorong untuk peduli terhadap bidang wisata," ujar Putri. Kepedulian terhadap dunia kesehatan juga membawanya terpilih menjadi Duta Kesehatan Jawa Timur. Perjalanan menuju ajang Pemilihan Puteri Indonesia 2007 semakin nyata saat ia memberanikan diri mendaftar sebagai peserta dari Jawa Timur. Di sini, ia harus bersaing diantara 12 finalis lainnya. Antusiasme, rasa percaya diri, dan pengetahuan yang luas membawa Putri memenangi pemilihan Duta Jawa Timur yang di gelar di Gelanggang Samudera Kodikal Surabaya, Jumat (6/7). "Senang sekali, bisa bertemu peserta dari kota lainnya. Mereka rata-rata mempunyai pengalaman dalam bidang sosial, kesehatan, dan wisata," ujarnya. Kesibukan Putri semakin bertambah setelah menjadi Duta Jatim. Dari hari ke hari menjelang masa karantina para finalis Pemilihan Puteri Indonesia 2007 (24 Juli-3 Agustus) beragam materi dipersiapkan bersama tim dari Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur. "Aku juga menyiapkan fisik, mental, kemampuan Bahasa Inggris, pengetahuan umum, kesenian, dan budaya," katanya. Keseriusan Putri menjalani babak demi babak menuju penobatan Puteri Indonesia juga tampak ketika ia dengan penuh semangat berlatih "Tari Incling", sebuah tarian Jawa Klasik, khusus ditampilkan dalam "Malam Bakat" yang diikuti seluruh finalis. Kerja keras Putri yang berbuah kesuksesan tak lepas dari upayanya yang tidak pernah berhenti mengembangkan diri dan menimba ilmu. "Kita harus kembangkan kemampuan diri, sebab zaman sekarang dalam dunia kerja tidak hanya dibutuhkan kemampuan secara akademis, tapi juga harus punya skill lain," ujarnya. Sang ayah, Mulyono, tak hentinya mengucap syukur ketika anak pertamanya itu berhasil meraih gelar Puteri Indonesia 2007. "Penghargaan ini menjadi bekal bagi Putri untuk lebih mandiri di masa depan," ujar Mulyono yang datang jauh-jauh dari Blitar bersama keluarga besarnya untuk mendukung Putri. Kemandirian telah diajarkan kedua orang tuanya sejak kecil. Sebagai si sulung, Putri diharapkan memberi teladan bagi kedua adiknya, Ayunda (mahasiswi semester I) dan Kriswandono (kelas 6 SD). "Sebagai orang tua, senang rasanya bisa mengantar anak secara maksimal meraih impiannya," kata Mulyono seraya berucap akan membuat perayaan kecil di Blitar setelah kemenangan Putri. Kemandirian dan sikap percaya diri yang dimiliki Putri juga berhasil mencuri hati dan perhatian para dewan juri yang selama masa karantina mengamati para finalis. Salah satu anggota tim dewan juri yang juga Puteri Indonesia 2004, Artika Sari Dewi mengungkapkan gadis mungil ini tampak menonjol diantara para finalis lainnya ketika mengikuti berbagai kegiatan. "Dia memiliki wawasan yang luas, penampilannya luwes, dan selalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan cerdas selama masa pembekalan dari para pakar berlangsung," ujarnya. Tika, sapaan akrab Artika Sari Devi, juga memuji aura kecantikan Putri yang memancar indah sepanjang acara Malam Grand Final Pemilihan Puteri Indonesia 2007. "Auranya memancar indah, cara dia menjawab pertanyaan dari juri juga sangat bagus, pokoknya semua kriteria seorang puteri ada pada dirinya," kata kekasih Baim ini. Hal senada diungkapkan Ketua Dewan Juri Pemilihan Puteri Indonesia, Kusumadewi Sutanto. Menurut Dewi, Putri adalah sosok yang selama mengikuti karantina tergolong aktif dalam berbagai kegiatan. "Dalam penilaian harian Putri menunjukkan kemampuan membawa diri yang baik, dia menjawab pertanyaan juri dengan cermat dan pada malam grand final ia memberi jawaban-jawaban dengan penuh percaya diri," ujar Dewi yang telah beberapa tahun menjadi juri dalam ajang Puteri Indonesia. Putri terpilih sebagai Puteri Indonesia 2007 dalam Malam Grand Final Pemilihan Puteri Indonesia 2007 setelah bersaing ketat dengan dua kandidat lainnya pada babak tiga besar, Duma Riris Silalahi (Sumatera Utara) dan Ika Fiyonda Putri (DKI Jakarta 4). Langkah awalnya dalam Malam Grand Final Pemilihan Puteri Indonesia 2007 berawal saat ia terpilih masuk dalam 10 besar dari 36 finalis. Pada babak 10 besar terpilih Duma Riris Silalahi (Sumatera Utara), Ika Fiyonda Putri (DKI Jakarta 4), Elvaretta Nathania Gunawan (Jawa Tengah), Putri Raemawasti (Jawa Timur), Tri Handayani (DKI Jakarta 2), Milfa Yeni (Sumatera Barat), Yuli Ramadayanti (Kalimatan Barat), Fitri Adityasari (DKI 3), Christy Anggeline Jawiraka (Papua), dan Putri Widyasari (DKI Jakarta 5). Jumlah ini kemudian mengerucut menjadi tiga besar ayng dipilih dewan juri, yakni Putri Raemawasti (20), Duma Riris Silalahi (23) dan Ika Fionda Putri (19). Dalam babak penetuan akhir ini mereka mendapat pertanyaan yang sama yakni tentang perbedaan arti "Pahlawan" dan "Pengecut". Kemampuannya menjawab pertanyaan pamungkas itu dengan lugas dan cerdas akhirnya mengantar Putri benar-benar menjadi seorang "Puteri". Seiring dengan Puteri Indonesia 2006, Agni Pratistha yang menanggalkan mahkota, Putri resmi dinobatkan sebagai Puteri Indonesia 2007. "Kemenangan ini untuk Jawa Timur, untuk kotaku Blitar, keluargaku dan teman-teman," ujar Putri yang malam itu tampak anggun dalam balutan kebaya hitam karya perancang busana Anne Avantie. Mulai malam itulah ia menyandang dua nama Putri, yakni Putri Raemawasti sebagai nama lahirnya, dan Putri Indonesia 2007 yang menjadi cermin pribadi dari hasil kerja kerasnya selama ini. (*) (Foto: Putri Raemawasti, repro Yayasan Putri Indonesia)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007