Beirut, Libanon (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia tetap bersikap netral dalam menjalankan misi perdamaian PBB di Lebanon, tidak memihak salah satu pihak mana pun termasuk kelompok yang tengah bertikai di wilayah tersebut. "Dukungan yang diberikan Indonesia dalam misi perdamaian di Lebanon, melalui pengiriman pasukan Kontingen Garuda XXIII-A, merupakan success story yang nyata bahwa pasukan kita di sana dapat diterima baik oleh warga setempat," kata Kuasa Usaha KBRI di Beirut Anindita Harimurti Axioma di Beirut, Senin. Berbicara saat menerima rombongan Mabes TNI dan wartawan yang membawa bantuan teknis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto bagi pasukan TNI di Lebanon, ia mengatakan konflik bersaudara di Lebanon yang terjadi pada 1975 dan berakhir pada 1990-an mau tidak mamu masih menyisakan pertikain antara kelompok-kelompok masyarakat di negara yang berpenduduk empat juta jiwa tersebut. "Sebenarnya konflik yang terjadi di Lebanon, cukup kompleks atau merupakan gabungan dari konflik yang terjadi secara internal, regional dan internasional terutama antara kepentingan negara-negara Arab dan Israel," kata Anindita. Bagi Israel, tambahnya, posisi geostrategis Lebanon baik secara militer dan ekonomi yang demokratis, liberal dan pluralistik, sangat mengancam eksistensi Israel sebagai satu-satunya negara demokratis di Timur Tengah. Konflik kepentingan secara internasional itulah yang dijadikan isu sentral bagi kelompok-kelompok yang bertikai di dalam negeri Lebanon, termasuk oleh kelompok Syiah dan Sunni. "Kehadiran pasukan TNI yang tregabung dalam pasukan perdamaian PBB di Lebanon Selatan, yang merupakan basis Hizbullah, mau tidak mau menjadikan Israel sedikit `curiga` dengan posisi Indonesia dalam pertikaian yang terjadi di Lebanon, terutama yang menyangkut hubungannya dengan Israel, apalagi pasukan TNI di sana sangat dekat dengan warga setempat (Hizbullah) yang anti Israel," kata Anindita. Menanggapi kecurigaan itu, Pemerintah RI berulangkali menegaskan, keikutsertaan TNI dalam pasukan perdamaian PBB di Lebanon Selatan sama sekali tidak bertujuan untuk memihak salah satu kelompok atau kepentingan tertentu. "Kehadiran Indonesia melalui pasukan TNI di Lebanon Selatan, sama sekali tidak berkaitan dengan kepentingan politik salah satu pihak. Kita murni benar-benar netral, di bawah bendera PBB untuk menciptakan keamanan dan perdamaian di Lebanon Selatan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan dan alat-alat kesehatan masing-masing berjumlah 36 dan 653 item, komputer jinjing (laptop), printer, tas laptop, alat tulis kantor masing-masinh 90 unit, pasta gigi dan sikat gigi masing-masing 3.600 buah, tas sekolah 3.000 buah, buku tulis sebanyak 9.000 buah, dan genset dua Kva. "Sebagian bantuan itu akan diberikan kepada warga setempat seperti buku tulis, tas sekolah sedangkan lainnya digunakan untuk mendukung kegiatan pasukan TNI dalam menciptakan perdamaian di Libanon melalui pendekatan persuasif dan simpati," kata ketua misi Kolonel Inf AJP Nochbola. Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto memberikan sumbangan berupa rokok dan makanan bagi sekitar 852 prajurit yang tengah bertugas di Lebanon. Seluruh bantuan itu diangkut dengan pesawat Hercules C-130 Skuadron 32 Pangkalan Udara Abdurrahman Saleh TNI Angkatan Udara dan tiba di Bandara Internasional Rafic Hariri, Beirut, Lebanon Senin (6/8).(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007