Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, menyebutkan, diusulkannya Ustad Abdul Somad dan Habib Salim Segaf Aljufri sebagai kandidat cawapres Prabowo Subianto membuat peluang KH Ma'ruf Amin dan Mahfud MD menanjak sebagai cawapres Joko Widodo. 
 
Said di Jakarta, Rabu, mengatakan, selain Kiai Ma'ruf Amin dan Mahfud MD, kandidat cawapres Jokowi yang juga berpeluang dan diuntungkan diusulkan Ustad Abdul Somad dan Habib Salim Segal Aljufri itu, yakni Din Syamsuddin, Tuan Guru Bajang (TGB) Abdul Majdi dan Jimly Asshiddiqie.
 
"Sebetulnya, nama kelima tokoh itu sudah banyak disebut-sebut memiliki peluang untuk mendampingi Jokowi. Tetapi probabilitas mereka agak terhambat oleh kandidat lain yang berasal dari unsur parpol," tuturnya. 
 
Sebagai orang non-parpol, lanjut dia, mereka dianggap tidak punya kontribusi dalam soal pengusulan capres-cawapres. Sementara kandidat dari unsur parpol merasa memiliki modal elektoral untuk mengusung Jokowi.

"Nah, ketika kubu penantang berencana memasang tokoh agama sebagai calon pendamping Prabowo Subianto, maka peluang kelima tokoh untuk mendampingi Jokowi bisa ikut menanjak," jelasnya. 
 
Menurut dia, untuk mengimbangi Ustad Abdul Somad atau Habib Salim dalam merebut suara pemilih muslim, Jokowi memerlukan figur yang juga memiliki pengaruh kuat dikalangan pemilih muslim.
 
Dilihat dari daftar nama cawapres yang sudah beredar, nama Kiai Ma'ruf, Pak Din, TGB, Jimly, atau Mahfud MD mungkin menjadi figur yang paling mendekati kriteria itu. 
 
"Jika kriterianya diarahkan pada figur ulama murni, maka nama Kiai Ma'ruf dan nama Pak Din sepertinya pantas dipertimbangkan oleh Jokowi," kata Said.
 
Figur Kiai Ma'ruf cukup menonjol dikalangan pemilih muslim. Dia sering dijadikan sebagai rujukan oleh para ulama. Dia pimpinan MUI yang menaungi berbagai ormas Islam, sekaligus petinggi di Ormas Nahdlatul Ulama (NU).

Din juga punya 'background' yang mirip dengan Kyai Ma'ruf. Dia pernah memimpin MUI, juga pernah memimpin Ormas Muhammadiyah. 
 
"Sedikit kelebihan Pak Din dibandingkan Kiai Ma'ruf mungkin karena dia juga dikenal sebagai seorang intelektual dan berasal dari luar Pulau Jawa," ujar Said.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018