London, (ANTARA News) - Anggota parlemen memberi waktu satu bulan kepada Presiden Hassan Rouhani untuk datang ke parlemen dan menjawab pertanyaan mengenai penanganan pemerintah atas masalah ekonomi Iran, kata media negara pada Rabu (1/8).

Untuk pertama kali parlemen memanggil Rouhani, yang berada di bawah tekanan dari kubu garis keras agar mengubah kabinetnya setelah hubungan dengan Amerika Serikat memburuk dan kesulitan ekonomi, yang dihadapi Iran.

Pembuat undang-undang ingin menanyakan Rouhani antara lain tentang nilai mata uang riyal Iran, yang turun dan kehilangan lebih dari setengah nilainya sejak April, pelemahan pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan angka pengangguran, kata kantor berita semi resmi ISNA.

Rouhani, seorang pragmatis yang mengurangi ketegangan dengan Barat dengan menandatangani perjanjian nuklir pada 2015, menghadapi peningkatan reaksi sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari perjanjian itu pada Mei dan mengatakan akan memberlakukan kembali sanksi, yang akan mencekik ekonomi Iran, termasuk ekspor minyaknya, demikian laporan Reuters.

ISNA mengatakan para pembuat UU juga ingin Rouhani menjelaskan mengapa, lebih dua tahun setelah perjanjian penting itu, bank-bank Iran masih mempunyai akses terbatas ke layanan finansial dunia.

Perjanjian nuklir itu mengekang program nuklir Iran sebagai ganti pencabutan sebagian besar sanksi inetrnasional.

Baca juga: Iran cela perpanjangan sanksi AS

Pemanggilan Rouhani bersamaan dengan ketakpuasan lebih lanjut yang ditunjukkan warga masyarakat. Sejumlah protes pecah di Iran sejak permulaan tahun akibat harga-harga tinggi, kekurangan air, pemutusan aliran listrik, dan dugaan korupsi di negara itu.

Pada Selasa, ratusan orang berunjuk rasa di kota-kota di Isfahan, Karaj, Shiraz dan Ahvaz, sebagai protes atas inflasi yang tinggi sebagian akibat nilai riyal yang lemah.

Ketua Parlemen Ali Larijani mengatakan sebagaimana dikutip televisi negara bahwa Rouhani akan mempunyai waktu satu bulan untuk menghadiri sidang di parlemen dan menyampaikan pernyataan pemerintah mengenai isu-isu tersebut.

Pemerintah berusaha dalam beberapa tahun sebelumnya untuk menangguhkan seruan-seruan menanyakan Rouhani di parlemen dengan meyakinkan para pembuat UU menarik pertanyaan-pertanyaan mereka. Tampaknya usaha-usaha pemerintah untuk melobi mereka telah gagal kali ini.

Walaupun 80 anggota parlemen mengajukan pertanyaan mereka kepada Rouhani, seorang sekutu Rouhani, wakil presiden untuk urusan parlementer Hosseinali Amiri, menyebut proses itu "tidak konstitusional".

"Beberapa pembuat undang-undang, yang diyakinkan agar menarik kembali pertanyaannya, didorong anggota lain di parlemen mengajukan kembali pertanyaan itu," kata Amiri seperti dikutip kantor berita Tasnim.

Baca juga: Seorang tewas dalam serangan di Parlemen Iran dan makam Khomeini

Editing by: M. Anthony/Boyke S

Pewarta: antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2018