Jakarta (ANTARA News) - Jarak pagar amat identik dengan biodiesel, opini itulah yang ingin perlahan dikikis dari benak masyarakat oleh Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia, Rama Prihandana. "Jangan sekadar melihat jarak untuk biodiesel sebab jarak itu bisa menambah wawasan baru dan kesempatan baru bagi masyarakat miskin di daerah tandus," kata Rama di Jakarta, Sabtu. Akuntan lulusan Universitas Padjajaran Bandung itu mengatakan, tanaman jarak dapat dikembangkan untuk diolah menjadi produk dengan konsep zero waste. Dengan konsep tersebut semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan tanpa ada satupun yang terbuang percuma. "Biji tentunya untuk minyak, ampasnya digunakan untuk briket, tulang daunnya juga dimanfaatkan untuk bahan baku sehingga diharapkan bisa dijual semuanya tanpa ada sampah yang terbuang," kata Rama. Pria berdarah Jawa Timur itu menganggap tanaman jarak merupakan salah satu jenis tanaman yang multifungsi dan dapat ditanam di daerah yang marginal, tandus, dan miskin air. "Sejak dulu orang mengenal tanaman ini untuk bahan bakar. Bahkan di Waingapu NTT jadi obat sakit tenggorokan dan di daerah lain untuk obat sakit ginjal," kata pria yang bermimpi mewujudkan sebuah negeri dengan kemandirian energi itu. Jadi dia berpendapat bahwa tanaman jarak tidak semestinya dilihat sebagai sumber energi ramah lingkungan saja tetapi juga fungsi lainnya. "Kalau sumber energi untuk biodiesel itu ada banyak jenis tanamannya dan jarak hanya salah satunya," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007