Bisnis ternak sapi potong skala rumah tangga telah marak digerakkan dengan cara konvensional, peternak sapi potong kelas rumah tangga mampu mengembangkan usahanya dengan keuntungan yang memadai
Jakarta, (ANTARA News) - Anggota DPR RI Satya Widya Yudha mengharapkan program diseminasi teknologi peternakan sapi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Kementerian Ristek tepat sasaran dan tepat guna.

"Program strategis seperti diseminasi teknologi dari BPPT ini harus tepat sasaran dan tepat guna. Jadi, tugas saya sebagai wakil rakyat di Dapil Jatim ini mengawal agar benar-benar programnya sampai di masyarakat yang membutuhkan," katanya dalam rilis di Jakarta, Selasa.

Anggota DPR dari Dapil Jawa Timur IX yang mencakup Kabupaten Bojonegoro dan Tuban itu menyampaikannya saat memberikan sambutan dalam pelatihan diseminasi teknologi peternakan sapi, yang bermitra dengan BPPT Kementerian Ristek di Desa Gajah, Kecamatan Baureno, Bojonegoro, Selasa.

Hadir juga Kabag Program dan Anggaran BPPT M Nasir Rofiq, Kades Gajah Mahyun, dan Sekretaris Camat Baureno Afan.

Satya mengatakan sebagai anggota parlemen, dirinya bertugas mengawal dan memastikan program pemerintah seperti diseminasi teknologi BPPT bisa implementatif bagi masyarakat khususnya di pedesaan.

Hal ini sesuai Nawacita Presiden Joko Widodo yaitu membangun Indonesia dari pinggiran atau desa dengan mengutamakan azas pemerataan dan keadilan sosial.

"Program diseminasi BPPT untuk masyarakat ini merupakan bagian amanah saya ketika masih menjadi pimpinan di Komisi VII DPR. Saya berterima kasih kepada BPPT yang bisa melaksanakan program ini di Bojonegoro, di mana potensi sumber daya peternakannya cukup besar," kata Satya yang kini menjadi Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi Partai Golkar.

Menurut dia, masih kurangnya implementasi program strategis kemasyarakatan pemerintah adalah karena terkendala keterbatasan APBN.

Oleh karena itu, Satya yang juga mantan Anggota Banggar DPR tersebut mendukung upaya peningkatan anggaran program strategis untuk masyarakat di kementerian.

"Dukungan anggaran kepada kementerian-kementerian yang mempunyai program strategis kemasyarakatan harus dimaksimalkan. DPR akan mendorong dalam setiap pembahasan APBN maupun APBNP," ujarnya.

Sementara itu, Nasir Rofiq menyampaikan pelatihan diseminasi teknologi peternakan sapi di Bojonegoro ini akan mampu meningkatkan pertumbuhan konsumsi daging sapi nasional.

"Defisit daging sapi yang paling tinggi terjadi pada 2015 yaitu 89,18 ribu ton. Defisit ini menjadi peluang untuk terus meningkatkan pengembangan budi daya sapi potong khususnya pada skala rumah tangga," ujarnya.

Program usaha peningkatan ternak skala rumah tangga, lanjutnya, terbukti membawa perubahan signifikan terutama bagi peternak.

"Bisnis ternak sapi potong skala rumah tangga telah marak digerakkan dengan cara konvensional, peternak sapi potong kelas rumah tangga mampu mengembangkan usahanya dengan keuntungan yang memadai," katanya.

Ia menambahkan Bojonegoro mempunyai potensi peningkatan populasi ternak sapi potong karena mempunyai sumber bahan baku cukup besar.

Teknologi budi daya ternak sapi potong yang dapat diaplikasikan adalah teknologi reproduksi, kesehatan ternak, dan pengolahan bahan pakan berbasis sumber daya lokal.

Sasaran kegiatan yang akan dicapai adalah peningkatan wawasan peternak mengenai tata laksana budi daya ternak sapi potong yang baik sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya.

"Saya ada pesan dari Direktur PTPP BPPT Bapak Dudi Iskandar, yang mengharapkan bahwa pelatihan ini juga menjadi wadah pemanfaatan produk inovasi teknologi peternakan sapi potong yang dihasilkan dari BPPT untuk peningkatan ekonomi masyarakat melalui usaha ternak sapi potong," ujarnya.
Baca juga: Kementan tingkatkan bobot pedet melalui teknologi "flushing"
Baca juga: Perbaikan teknologi inseminasi buatan percepat swasembada daging


 

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018