Kota Zamboanga (ANTARA News) - Pemerintah Filipina Sabtu mengirimkan tentara tambahan ke pulau selatan di mana terjadi pertempuran sengit antara tentara pemerintah dan gerilyawan Muslim yang telah menewaskan lebih dari 50 orang, kata pihak militer. Letkol Ernesto Torres mengatakan, pengiriman gelombang pertama sekitar 1.000 tentara tiba di pulau Jolo, yang terletak 1.000 kilometer sebelah selatan Manila, Sabtu, untuk mengejar para gerilyawan yang terlibat dalam pertempuran yang menewaskan 25 tentara. Seorang warga sipil dan 31 gerilyawan dari kelompok pemberontak Abu Sayyaf dan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang menandatangani satu perjanjian perdamaian dengan pemerintah pada 1996, juga tewas dalam pertempuran hari Kamis. "Kami terus melakukan operasi-operasi untuk mengepung dan menghancurkan Abu Sayyaf," kata Torres. Pada saat ini terdapat empat batalion militer dan empat batalion angkatan laut ditempatkan di pulau Jolo, daerah yang dikuasai Abu Sayyaf yang punya kaitan dengan kelompok Al-Qaeda. Pertempuran meletus ketika kelompok pemberontak Abu Sayyaf dan gerilyawan MNLF menyerang satu kelompok tentara pada saat mereka menuju sebuah pasar umum di perbatasan kota Indanan dan Maimbung Kamis, yang kemudian memicu bentrokan sepanjang hari. Lebih dari 4.300 orang terpaksa melarikan diri dari rumah mereka di kota-kota yang dilanda kekerasan itu, kata Bai Racma Imam, seorang pejabat pada departemen kesejahteraan sosial setempat. Kepala pasukan militer, Jenderal Hermogenes Esperon dijadwalkan akan berkunjung ke Jolo pada Ahad besok untuk melihat langsung serangan militer terhadap kelompok Abu Sayyaf. "Saya sangat sedih mengenai banyaknya korban, tapi saya tidak berkecil-hati,` katanya. "Saya percaya pada prajurit kami karena mereka menyerang meskipun dengan kesulitan." Sejak Jum`at, tidak ada pertempuran yang dilaporkan antara pihak militer dan gerilya. MNLF telah meminta Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang menjadi penyelenggara perjanjian perdamaian pada 1996 dengan pemerintah, untuk ikut campur guna menghindarkan meningkatnya pertempuran. Sementara MNLF menandatangani pakta perdamaian dengan pemerintah, ribuan anggota masih terus memanggul senjata dan tinggal di kamp-kamp di wilayah selatan Mindanao, demikian DPA.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007