Kupang (ANTARA News) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr Ahmad Atang, MSi berpendapat, keputusan partai koalisi untuk mengusung duet Prabowo Subianto-Sandiaga Uno telah memupuskan ekspektasi kekuatan politik aliran.

"Dengan keputusan partai koalisi tersebut maka duet Prabowo-Sandi telah memupuskan ekpektasi kekuatan politik aliran yang selama ini berada dibarisan ini, yang mengusung ulama sebagai representasi politik santri yang berbasis keumatan," kata Ahmad Atang kepada Antara di Kupang, Jumat.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan keputusan partai koalisi yang terdiri dari Gerindra, Partai Amanat Nasional dan PKS mengusung Prabowo-Sandi.

Dinamika politik Pilpres 2019 bergerak begitu cepat. Sandi yang tidak diunggulkan untuk mendampingi Prabowo justeru menjadi pilihan partai koalisi.

Menurut Ahmad Atang, memilih Sandi bukan merupakan keputusan yang populer karena secara faktual Sandi belum menunjukan prestasi yang bisa menjadi "entry poin" sebagai garansi kemenangan.

Selama menjadi Wakil Gubernur DKI mendampingi Anies Baswedan, manuver Sandi cenderung "blunder".

Sandi juga tidak memiliki pengalaman mengelola pemerintahan, kecuali sebagai pengusaha, dan yang lebih parah adalah sama-sama kader partai Gerindra, walaupun Sandi harus mundur agar tidak disebut pasangan "jeruk makan jeruk", tutur Ahmad Atang.?


PKS Gagal

Menurut dia, keputusan koalisi mengusung duet Prabowo-Sandi juga menunjukkan bahwa PKS dianggap gagal memperjuangkan kepentingan politik santri, karena duet Prabowo-Sandi memiliki latar belakang Islam abangan.

Fakta ini akan memperlemah gerakan politik simbolik yang dimotori oleh Habib dan kalangan muda Islam milenial.

"Maka pilihan politik mereka adalah merapat ke Prabowo-Sandi hanya menunjukan eksistensi politik identitas atau mengambil sikap tawakkal bahwa perjuangan telah selesai dan hasilnya merupakan keputusan Allah," ucapnya.

Di pihak lain, Jokowi pada "injuri time" memantapkan pilihan cawaspres para figur Kiai Ma`ruf Amin yang sebelumnya beredar kuat figur Mahfud MD.

Jokowi dan partai koalisinya sejak awal memang memiliki visi soal wakil dari kalangan Islam kultural sehingga muncul beberapa figur, termasuk Ma`ruf Amin.

Karena itu, ketika Ma`ruf yang dipilih Jokowi dan partai koalisi, bukan merupakan sesuatu itu yang luar biasa. Masuknya Ma`ruf dalam kekuasaan diharapkan bisa menjembatani polarisasi politik aliran versus nasionalis.

Namun, dengan munculnya Sandi maka kerja Ma`ruf lebih mudah ke depannya, kata mantan pembantu Rektor I UMK itu.

Baca juga: PAN: dukungan SBY berikan kekuatan moral Prabowo-Sandiaga

Baca juga: Prabowo: Dukungan Demokrat adalah langkah besar

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018