Banjarmasin (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Dr. Miranda S. Goeltom meminta pemerintah Kalimantan Selatan (Kalsel) tidak cepat puas dengan banyaknya investor yang mendatangi daerah itu, karena bisa saja mereka hanya mengeruk kekayaan tanpa memberikan efek ekonomi yang luas bagi daerah. Pernyataan itu disampaikan Miranda dalam seminar Prospek Perekonomian Indonesia Dalam Perspektif Global yang digelar di Aula BI Banjarmasin, Senin, menanggapi kekhawatiran berbagai pihak mengenai ekplorasi batu bara besar-besaran di Kalsel belakangan ini. Menurut Miranda, tidak menutup kemungkinan, keadaan ambruknya industri kayu di Kalsel saat ini, juga bisa terjadi pada sektor pertambangan batu bara bila tidak ada pengelolaan yang baik dengan menghadirkan industri hilir di daerah asal. Hal tersebut penting mengingat batu bara seperti layaknya hutan yang bisa habis ika tidak dilakukan regenerasi dan pengelolaan yang tepat. Demikian juga dengan batu bara, bila terus dilakukan pengerukan tanpa dikelola dan menimbulkan efek ekonomi yang lebih luas juga akan habis dan hanya menyisakan kehancuran. "Jangan puas kalau orang yang datang hanya mampu mengeruk tanpa memberikan pendidikan perbaikan kesejahteraan," katanya. Sementara itu, menanggapi pernyataan beberapa peserta seminar tentang sektor riil yang kini terkesan mandeg, menurut Miranda perbankkan harus lebih berani mengambil keputusan untuk menyalurkan dan membina kriditor baru. Hal terjadi saat ini, banyak pihak perbankkan khawatir mengeluarka kridit karena takut dipenjara atau karena hal lain, sehingga hanya bersedia membina kreditor-kreditor yang sebenarnya sudah bagus. "Banyak dana di perbankan menumpuk, sementara masyarakat kebingungan untuk mendapatkan modal, karena petugas khawatir menyalurkan kredit, seharusnya hal tersebut tidak terjadi," katanya. Begitu juga dengan pemerintah, karena telah terbiasa dengan birokrasi dan struktur akhirnya kurang suka bekerja dengan tantangan karena mereka kurang terlatih. Akibatnya lompatan-lompatan pembangunan infrastruktur yang membuat orang tertarik untuk mengembangkan investasinya di daerah minim dan cenderung enggan. "Bagaimana orang mau datang ke Kalsel, kalau jalan di daerah Batulicin sana rusak berat, padahal di daerah tersebut memiliki potensi usaha yang cukup besar," katanya. Berbeda dengan Malaysia maupun beberapa negara lainnya, saat pertama datang jalanan baru ada untuk dua lintasan, dua tahun kemudian datang lagi ke daerah yang sama, ternyata jalan telah menjadi delapan jalur. Fasilatas-fasilitas seperti tersebut, tambahnya, juga memiliki dampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang cukup besar. "Ternyata bukan hanya konsumsi yang mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga invesatasi," tegasnya. Sementara Kepala BI cabang Banjarmasin, Endoong Abdul Gani, mengungkapkan, pada triwulan pertama, belum banyak proyek-proyek pemerintah yang bisa terealisasi sehingga sektor riil belum terlihat adanya kemajuan. Masih banyak dana pemerintah yang masih tersimpan di bank karena belum berjalannya beberapa proyek pemerintah, katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007