Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengajukan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam Rencana Anggaran dan Pendapatan Negara (RAPBN) tahun 2008 sebesar Rp46,7 triliun. Demikian disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pidato Kenegaraan dan Keterangan Pemerintah atas RAPBN Tahun 2008 beserta Nota Keuangannya di Sidang Paripurna DPR di Jakarta, Kamis. "Besaran subsidi BBM 2008 mencapai Rp46,7 triliun," katanya. Usulan angka subsidi itu lebih rendah Rp9,66 triliun atau 20,7 persen dibandingkan perkiraan tahun 2007 yang diajukan dalam RAPBN Perubahan sebesar Rp56,36 triliun. Sedangkan, jika dibandingkan APBN 2007 yang ditetapkan Rp61,84 triliun, maka alokasi subsidi 2008 mengalami penurunan hingga Rp15,14 triliun atau 32,4 persen. Pada RAPBNP 2007, beban subsidi BBM diperkirakan mencapai Rp56,36 triliun atau turun Rp5,48 triliun (8,9 persen) dibandingkan APBN 2007 Rp61,84 triliun. Penurunan perkiraan subsidi BBM 2007 itu dikarenakan patokan harga minyak APBN 2007 juga turun dari 63 dolar AS per barel menjadi 60 dolar AS per barel. Selain itu, perubahan patokan nilai tukar rupiah dari Rp9.300 per dolar AS ke Rp9.100 per dolar AS dan menurunnya konsumsi BBM bersubsidi. Apabila dibandingkan realisasi subsidi BBM 2006 yang mencapai Rp64,2 triliun, maka perkiraan subsidi BBM 2007 juga lebih rendah 12,2 persen atau Rp7,85 triliun. Pada 2006, realisasi harga minyak 2006 mencapai 63,8 dolar AS per barel. Sedangkan untuk subsidi listrik dalam RAPBN 2008, pemerintah mengajukan angka Rp27,8 triliun atau lebih rendah Rp4,69 triliun (16,9 persen) dibandingkan perkiraan RAPBNP 2007 Rp32,49 triliun. Perkiraan subsidi listrik 2007 sebesar Rp32,49 triliun lebih tinggi Rp6,65 triliun atau 25,7 persen dibandingkan APBN 2007 Rp25,84 triliun. Kenaikan subsidi itu dikarenakan adanya kendala pasokan gas dan kekurangan air di waduk, sehingga pembangkit beralih ke bahan bakar solar yang harganya lebih mahal. Akibatnya, biaya produksi dan volume penjualan listrik juga meningkat. Sedangkan, jika dibandingkan realisasi subsidi listrik 2006 yang mencapai Rp30,39 triliun, maka perkiraan subsidi listrik 2007 mengalami kenaikan Rp2,1 triliun atau 6,9 persen. Dalam RAPBN 2008, pemerintah mengajukan pendapatan negara dan hibah sebesar Rp761,4 triliun dengan total belanja negara Rp836,4 triliun, sehingga terdapat defisit mencapai Rp75 triliun atau 1,7 persen dari produk domestik bruto (PDB). Asumsi-asumsi yang dipakai adalah pertumbuhan ekonomi 6,8 persen, inflasi enam persen, suku bunga SBI tiga bulan 7,5 persen, nilai tukar Rp9.100 per dolar AS, harga minyak 60 dolar AS per barel, lifting minyak 1,034 juta barel per hari. (*)

Copyright © ANTARA 2007