Ankara (ANTARA News) -  Petugas Turki menahan dua orang terduga penembak di Kedutaan Besar Amerika Serikat di ibu kota Ankara pada Senin, yang bertepatan dengan peningkatan ketegangan di antara dua sekutu NATO itu atas persidangan pendeta AS di Turki.

Tidak ada yang terluka dalam serangan itu, yang juru bicara Presiden Tayyip Erdogan kutuk sebagai upaya menciptakan kekacauan.

Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan meningkatkan keamanan untuk kedutaan dan kantor serta karyawan lain Amerika Serikat di Turki.

Penyerang itu menembakkan enam peluru ke gerbang keamanan kedutaan itu dari kendaraan putih sekitar pukul 05.30 (09.30 WIB), tiga peluru menghantam pintu besi dan jendela, kata kantor gubernur Ankara.

Kantor itu mengeluarkan pernyataan lain pada Senin malam, yang menyatakan dua pria berusia 30-an tahun ditahan dan satu kendaraan serta pistol disita dan bahwa mereka mengakui penembakan itu.

Dikatakannya, kedua tersangka itu memiliki catatan kejahatan dan jaringan mereka diselidiki.

Kedutaan itu tutup pada pekan ini untuk liburan umum menandai Idul Adha.

"Kami memastikan kejadian keamanan di kedutaan AS pada pagi ini. Kami tidak memiliki laporan tentang orang cedera dan kami menyelidiki rinciannya," kata David Gainer, juru bicara kedutaan itu, sebagaimana dikutip oleh Reuters.  "Kami berterima kasih kepada Polisi Nasional Turki untuk tanggapan cepat mereka."

Rekaman video dari penyiaran Haberturk menunjukkan polisi memeriksa salah satu pintu masuk ke kedutaan itu dan terlihat kerusakan akibat tembakan di satu jendela.

Dikatakannya, peluru kosong ditemukan di tempat tersebut.

"Ini jelas upaya untuk menciptakan kekacauan," kata juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, di Twitter. "Turki adalah negara aman dan semua perwakilan asing dijamin hukum."

Kedutaan AS di Ankara dan konsulatnya di Istanbul pada masa lalu menjadi sasaran serangan pegaris keras dan menghadapi berbagai ancaman keamanan.

Hubungan Turki dengan Amerika Serikat semakin tegang dalam beberapa pekan belakangan, dengan baku-balas pengenaan tarif, sebagian karena pengadilan pastor AS, Andrew Brunson.

Keretakan diplomatik itu memperparah kemelut ekonomi Turki, memberi tekanan tambahan pada mata uang lira, yang kehilangan hampir 40 persen nilainya terhadap dolar sejak awal tahun ini.

Editor: Boyke Soekapdjo

Pewarta: antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018