Denpasar (ANTARA News) - Kepolisian Daerah Bali menangani 37 kasus kriminal khusus seperti pemalsuan merek dagang, pencurian data nasabah, tindak pidana pencucian uang, tindak pidana korupsi maupun penyelundupan kasus migas.

"Sebanyak 37 kasus yang kami tangani sejak satu semester ini (Januari-Juni 2018) membuktikan bahwa kami serius menumpas perkara kriminal khusus," kata Wadir Krimsus Polda Bali AKBP Ruddi Setiawan di Denpasar, Selasa.

Dari seluruh kasus yang berhasil diungkap jajaran Ditreskrimsus Polda Bali ini, yang paling banyak adalah kasus pemalsuan merek dagang seperti sepatu dan sandal yang terjadi pada toko-toko yang ada di Wilayah Kuta, Sanur sebanyak sepuluh kasus.

Selanjutnya, kasus yang juga berhasil ditangani Polda Bali terkait kasus kejahatan pencurian data nasabah (ITE) yang berhasil mengungkap delapan kasus, diikuti pengungkapan kasus tindak pidana pencucian uang sebanyak empat kasus yang mengakibatkan kerugian korban Rp300 juta.

"Kami juga berhasil menangani tiga kasus tipikor, dua kasus migas, dua fidusi, kasus perambangan maupun kasus perikanan," ujarnya.

Pihaknya menegaskan, semua pengungkapan kasus kejahatan khusus ini secara keseluruhan merupakan laporan dari masyarakat, yang langsung ditangani jajaran kepolisian di daerah setempat.

Tidak hanya melakukan penanganan kasus kriminal khusus saja, Polda Bali juga melakukan upaya pembinaan dan penyuluhan kepada siswa di SMAN 1 Denpasar, dalam mensosialisasikan bahaya masuknya ajaran intoleransi dan radikalisme dikalangan anak-anak sekolah yang sangat rentan disisipi paham-paham radikal.

Dalam kegiatan ini, AKBP Indrayati selaku Ketua Satgas Binluh Polda Bali menyampaikan kepada puluhan siswa SMAN 1 Denpasar, mengajak agar tetap waspada dimanapun berada baik dilingkungan sekolah maupun dikehidupan sehari-hari.

"Biasanya mereka ingin mempengaruhi pikiran, sikap, dan tindakan kita. Salah satu contoh bermula dari radikalisme keagamaan yang terus dipupuk secara perlahan sehingga terjadi perubahan dari semulanya hanya ranah pemikiran menjadi radikal pada sikap dan tindakan kita," katanya.

Untuk mencegah hal ini, pihaknya mengajak seluruh siswa agar mempererat rasa persaudaraan dengan teman-teman yang berbeda agama karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai macam suku, agama dan ras.

Baca juga: Mabes Polri amankan 22 WNA pelaku "cybercrime"
Baca juga: Satgas tangkap pelaku penyebab harga pangan naik

Pewarta: I Made Surya Wirantara Putra
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018