Paradigma pencegahan bencana ini dengan mengutamakan mitigasi serta pemberitahuan pencegahan dini


Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemi Francis mengusulkan agar pemerintah mengubah paradigma penanganan bencana alam dari penanganan korban menjadi pencegahan bencana.

"Paradigma pencegahan bencana ini dengan mengutamakan mitigasi serta pemberitahuan pencegahan dini," kata  Fary Djemi Francis pada diskusi "Regulasi, Pengawasan, dan Penanganan Bencana Lombok" di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Selasa.

Fary Djemi mengatakan hal itu menanggapi bencana alam gempa bumi di Lombok yang terjadi berkali-kali tapi masyarakat dan pemerintah setempat dinilai selalu gagap menyikapinya.

Menurut Fary, kelemahan penanganan bencana di Indonesia adalah mitigasi, sehingga setiap terjadi bencana alam selalu terjadi kepanikan. "Indonesia yang berada di kawasan pertemuan lembang dunia dan sering disebut sebagai cincin api, tidak bisa menghindari bencana alam, sehingga harus mengutamakan mitigasi," katanya.

Politisi Partai Gerindra itu menilai, pemerintah gagal melakukan mitigasi pada penanganan bencana gempa bumi di Lombok yang terjadi berkali-kali. "Karena masih terus terjadi gempa susulan di atas 5,0 SR dan minim antisipasi," katanya.

Kalau soal penanganan untuk para korban selamat pada tahap tanggap darurat pasca bencana, menurut Fary, pemerintah telah bekerja baik, misalnya mengirim dan menyalurkan bantuan makanan, pakaian, dan obat-obatan kepada para pengungsi. "Pemerintah juga sudah membuatkan sarana air bersih, MCK, dan tempat-tempat pengungsian," katanya.

Namun, pemerintah dinilai masih lemah dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana. "Padahal, Indonesia yang berada di kawasan cincin api, tidak bisa menghindari bencana, sehingga perlu menguasai ilmu pencegahan bencana," katanya.

Menurut dia, jika Indonesia menguasai ilmu pencegahan bencana, maka korban jiwa mungkin tidak sebanyak seperti yang terjadi saat ini.

Bencana alam di Lombok sejak pertama kali terjadi gempa bumi, pada 29 Juli lalu hingga saat ini tercatat korban meninggal dunia sebanyak 548 orang.


 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018