Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS pada pekan depan masih mengkhawatirkan, karena pengaruh gejolak pasar uang global akibat gagal bayar kredit perumahan di Amerika Serikat masih belum mereda. "Gejolak pasar global itu bisa makin menekan pergerakan rupiah yang dikhawatirkan akan bisa menembus di atas angka Rp9.500 per dolar AS," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta akhir pekan ini. Ia mengatakan, pelaku pasar saat ini agak panik dengan gejolak pasar global, karena itu rupiah pada pekan depan diperkirakan masih akan tertekan pada kisaran antara Rp9.450 per hingga Rp9.600 per dolar AS. "Kami melihat gejolak pasar global akan menekan rupiah terpuruk hingga di atas level Rp9.500 per dolar AS," katanya. Pemerintah, menurut dia, saat ini mengalami kesulitan untuk mengatasi masalah tersebut bahkan cenderung membiarkan mata uang lokal itu bergerak sesuai pasar. Ia khawatir kalau rupiah makin merosot hingga mencapai level Rp10.000 per dolar AS akan sangat mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional. Pergerakan rupiah, lanjut dia, yang terus merosot ini, karena kepanikan pasar akibat tekanan pasar global yang makin besar, meski bank sentral Amerika Serikat, Jepang dan Eropa telah menyuntik dana ke pasar uang untuk mengantisipasi gejolak tersebut. "Kami memperkirakan gejolak pasar uang global masih berlanjut dan apabila kedepan berlangsung dalam satu bulan hingga dua bulan, maka rupiah akan makin terpuruk," katanya. Menurut Edwin Sinaga, melemahnya nilai tukar rupiah sulit ditahan mengingat kondisi ini terjadi di hampir semua mata uang global kecuali mata uang Jepang, Yen. "Bank Indonesia (BI) harus berada di pasar untuk melembutkan volatilitas-nya," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007