Tunis (ANTARA News) - Ratusan pengungsi di pusat penahanan yang dikelola pemerintah di ibu kota Libya ditinggal lari petugas tanpa makanan atau air akibat bentrokan kelompok bersenjata dalam beberapa hari belakangan, kata pekerja bantuan pada Rabu.

Tripoli terguncang sejak akhir pekan lalu pertempuran kelompok bersaing, yang berlomba mendapatkan kekuasaan dan dana negara. Insiden ini berulang kali terjadi di negara Afrika utara itu sejak kekacauan akibat penggulingan Muammar Gaddafi dalam pemberontakan dukungan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO pada 2011.

Sekitar 400 orang ditinggalkan di pusat penahanan Ain Zara yang dikelola pemerintah dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, kata pekerja bantuan yang meminta namanya tidak disebutkan.

Ain Zara di Tripoli selatan adalah bagian dari jaringan sarana negara tempat Libya menahan pengungsi yang dihadang penjaga pantai saat mencoba mencapai Italia dengan perahu dengan bantuan pedagang manusia.

"Sekitar 400 orang terkurung di pusat penahanan Ain Zara, 200 pria dan 200 wanita serta 20 anak-anak berusia di bawah lima tahun, tanpa makanan dan air," kata pekerja bantuan itu kepada Reuters. "Penjaga pusat penahanan itu lari karena bentrokan di kota tersebut."

Sumber di badan dunia menyatakan sekitar 1.500 pengungsi pada awalnya terjebak di tiga pusat penahanan. Sebagian meloloskan diri, sementara yang lain dipindahkan ke pusat penahanan di tempat aman.

Libya adalah tempat utama keberangkatan di Afrika utara bagi pengungsi penyeberang laut Tengah ke Eropa, terutama dari bagian lain Afrika. Jumlahnya turun sejak Italia memberi penjaga pantai lebih banyak perahu dan menengahi kesepakatan dengan kelompok setempat di kantong penyelundup pada tahun lalu.

Belum ada tanggapan dari Government of National Accord (GNA), yang diakui antarbangsa dan secara resmi bertanggung jawab atas Libya tetapi dalam kenyataannya bahkan tidak menguasai penuh ibukota itu.

Menurut penduduk, terjadi banyak pertempuran di beberapa bagian Kota Tripoli pada Rabu, termasuk di daerah bandar udara antarbangsa Tripoli yang ditutup sejak 2014 akibat bantrokan antar-kelompok petempur.

Kelompok besar bersenjata Tripoli mengklaim memiliki kedudukan resmi melalui GNA, namun bertindak secara otomon. Pemerintah lawan berpusat di timur.

Editor: Boyke Soekapdjo/Rahmad Nasution

Pewarta: Antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018