Makassar (ANTARA News) - Polisi tengah memeriksa lima orang asal Polewasi, Sulawesi Barat yang diduga terlibat aksi pemboman di jembatan Botto Campalagian, Kecamatan Wonomulyo, Polman, pada 8 Agustus lalu pukul 00.30 WIT. Kelima orang itu ditangkap aparat Densus 88 Anti Teror pada Senin dinihari (20/8) di sebuah rumah di Polewasi ketika mereka sedang menggelar rapat persiapan untuk aksi demonstrasi di ibukota kabupaten Polewali Mandar. Mereka masing-masing bernama Muhammad Buli (58) warga Wonomulyo, Syarif (45) warga Mapili, Aco Cengkang (42) warga Pambusuang, Arifin (47) dan H. Aco Babo (65) warga Polewali. "Ada dugaan kuat mereka terlibat dalam aksi teror itu bahkan menduga mereka adalah pelakunya. Tapi status mereka sampai sekarang masih sebagai saksi," kata Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Dwi Hartono kepada ANTARA di Makassar, Rabu. Status mereka apakah menjadi tersangka atau tidak, baru akan ditentukan paling lambat tujuh hari ke depan, karena polisi masih terus menggali informasi dan mengumpulkan bukti untuk sampai pada keputusan menjadikan mereka tersangka atau tidak. Menurut Dwi, para saksi semula merencanakan untuk menggelar aksi demonstrasi di Polewali hari Rabu( 22/8) namun polisi mencium adanya rencana aksi yang bakal mengganggu keamanan sehingga polisi terpaksa mengamankan mereka. "Karena ada indikasi aksi unjuk rasa yang mereka rencanakan itu akan mengganggu situasi kamtibmas, maka polisi terpaksa menangkap mereka," kata Dwi. Sementara dalam pengamanan peredaran bahan peledak, lanjut Dwi, polisi kini terus gencar melakukan operasi senjata api, bahan peledak dan mewaspadai munculnya aksi-aksi teror di setiap daerah terutama daerah-daerah yang dianggap rawan apalagi mejelang Pilkada Gubernur Sulsel. Aksi teror dengan peledakan jembatan Botto, Kabupaten Polewali Mandar yang terletak di jalur trans Sulawesi yang menghubukang Sulsel, Sulbar dan Sulteng itu terjadi pada hari Rabu (8/8) sekitar pukul 00.30 Wita. Akibat ledakan itu, jembatan Botto retak dan pengikat landasan jembatan itu lepas serta bronjong batu yang diikat dengan kawat yang terdapat di samping jembatan juga terbongkar, namun tidak menimbulkan korban jiwa, dan jembatan itu masih tetap bisa dilalui kendaraan. Polisi belum berhasil mengungkap pelaku peledakan tersebut dan apa motifnya tetapi ada dugaan, aksi ini masih ada kaitannya dengan konflik Pilkada di Sulbar tahun 2006.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007