Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Sisno Adiwinoto mengatakan bahwa pihaknya masih terus mengejar dan mengembangkan motif dari pelaku penculikan terhadap Raisya Ali (5), putri pengusaha Ali Said. "Kami terus mengembangkan motif penculikan, mulai dari motif bisnis, motif balas dendam karena sakit hati, hingga motif kriminal murni," kata Sisno, ketika berkunjung ke LKBN ANTARA, di Jakarta, Rabu. Raisya anak Ketua II Bidang Investasi dan Permodalan dan Pembinaan UKM Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Ali Said, sejak Rabu, (15/8) diculik usai pulang sekolah sekitar 300 meter dari rumahnya di Kompleks Angkatan Udara Jatiwaringin, Jakarta Timur. Raisya dijemput pembantu rumah tangga Ali Said, bernama Linda, dan di tengah perjalanan penculik menodongkan pisau serta merampas Raisya dari tangannya. Sisno mengakui, hingga kini, pelaku penculikan belum menghubungi keluarga korban, kecuali telepon ke rumah korban yang dilakukan pelaku satu jam setelah penculikan. "Investigasi yang dilakukan kepada pelapor (orang tua korban--red), korban mengaku tidak memiliki musuh, dan tidak pernah menyakiti siapa pun," kata Sisno. Meski begitu, diutarakannya, kepolisian terus melakukan pelacakan dengan pola azas praduga tidak bersalah terhadap pihak-pihak yang dimungkinkan berhubungan dengan kasus ini. Misalnya dengan pihak sekolah Raisya, pembantu rumah tangga, termasuk melacak sejumlah mobil Suzuki APV berwarna hitam yang menurut pembantu rumah tangga Raisya digunakan pelaku ketika melakukan penculikan. Ia menuturkan, pengembangan pelacakan melalui kendaraan pelaku kejahatan masih sulit dilakukan, karena saat kejadian Linda tidak mengetahui persis pelat mobil yang digunakan empat penculik itu. "Kita juga mengintensifkan kemungkinan penculik memiliki jaringan," katanya. Sejauh ini ujarnya, beberapa kasus penculikan terjadi dengan kekerasan, penculikan dengan penjualan anak di bawah umur, penculikan dengan motif eksploitasi seks korban, penjualan organ-organ tubuh korban khususnya yang marak terjadi di luar negeri. "Namun, belum melihat adanya indikasi korban (Raisya) dibawa ke luar Indonesia, karena akan sulit bagi pelaku melakukan aktivitas yang berhubungan pihak imigrasi," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007