Sleman (ANTARA News) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta masih meneliti umur dua kayu "jati pendem" yang beberapa waktu lalu ditemukan warga Dusun Plasan, Tirtomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman.

"Kami masih melakukan penyelidikan, saat ini contoh bagian dari kayu jati tersebut masih diteliti di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada," kata Kepala BPCB Daerah Istimewa Yogyakarta Ari Setyastuti di Sleman, Sabtu.

Dia mengatakan hasil penelitian Fakuktas Kehutanan UGM tersebut mungkin baru bisa diketahui dua minggu lagi.

"Memang kalau itu masuk ekofak bisa sebagian dilestarikan dan sebagian diserahkan untuk dimanfaatkan penemu. Tapi masih menunggu hasil penelitian yang detail," katanya.

Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Perlindungan BPCB DIY Muhammad Taufik mengatakan kayu gelondongan yang ditemukan saat warga bergotong-royong membuat kolam ikan tersebut diduga berasal dari jaman tenggelamnya Candi Kedulan yang berada sekitar 500 meter di sisi utaranya.

Ia menjelaskan kayu itu akan disisakan sebagian untuk meneliti kaitannya dengan aktifitas Gunung Merapi yang kemungkinan menenggelamkan wilayah di sekitarnya sekitar tahun 1006.

"Material yang menimbun Candi Kedulan maupun pohon jati tersebut memiliki kemiripan yakni berupa pasir dan batu material erupsi Gunung Merapi," katanya.

Warga Padukuhan Plasan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, menemukan dua batang kayu jati gelondongan berukuran besar yang tertimbun di dalam tanah tidak jauh dari situs Candi Kedulan yang juga ditemukan terpendam.

"Dua pohon jati ini ditemukan di lahan tanah kas Desa Tirtomartani beberapa waktu lalu saat membuat kolam ikan untuk yang rencananya akan digunakan oleh masyarakat setempat," kata Sugit Prawoto, warga setempat.

Dua batang pohon jati yang panjangnya masing-masing sekitar 20 meter tersebut ditemukan di kedalaman sekitar 2,5 meter di lahan seluas total sekitar 500 meter.

Baca juga: Arca nandi ditemukan di Candi Kedulan, Sleman

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018