Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berpendapat proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2008 tetap dapat dipertahankan pada tingkat 6,8 persen dan disadari bahwa untuk mencapai target itu diperlukan kerja keras serta kerjasama semua pihak. Demikian penjelasan Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, Dalam Rapat Paripurna DPR RI di Gedung DPR/MPR Jakarta, Kamis, dengan agenda jawaban pemerintah terhadap pemandangan umum fraksi-fraksi DPR tentang RAPBN 2008 dan nota keuangannya. Rapat paripurna DPR ini dipimpin Wakil Ketua DPR, Soetardjo Soerjogoerinto. Menkeu menjelaskan bahwa memasuki tahun 2007, perbaikan ekonomi makro nasional terus terjadi dengan akselerasi pertumbuhan yang ditunjukkan oleh kenaikan pertumbuhan ekonomi dari 6 persen pada triwulan pertama, meningkat menjadi 6,3 persen pada triwulan kedua. Secara keseluruhan, Semester I tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1 persen. "Pertumbuhan tersebut didorong oleh daya beli masyarakat yang lebih baik, tetap kuatnya pertumbuhan ekspor dan mulai meningkatnya investasi," katanya. Selain itu, stabilitas ekonomi juga terjadi yang ditunjukkan oleh rendahnya laju inflasi yang selama bulan Januari-Juli 2007 mencapai 2,81 persen lebih rendah dari periode yang sama tahuns ebelumnya sebesar 3,33 persen. Demikian pula nilai tukar rupiah dengan kebijakan mengambang bergerak pada kisaran yang seimbang untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sehat. "Meskipun akhir-akhir ini tingkat volatilitas nilai tukar rupiah agak meningkat, namun tetap dapat dijaga pada kisaran yang sempit. Suku bunga SBI-3 bulan cenderung menurun, hingga mencapai 7,83% pada Agustus 2007," kata Menkeu. Menurut Menkeu, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2008 diperkirakan mencapai 6,8 persen dengan pertimbangan faktor internal, yaitu kuatnya konsumsi dan ekspor masih menjadi faktor yang penting, selain mulai bangkitnya kegiatan investasi. Peranan konsumsi dalam mendorong ekonomi tidak seharusnya diinterpretasikan secara negatif. Justru kuatnya konsumsi masyarakat menunjukkan pulihanya daya beli dan membaiknya kesejahteraan rakyat akan mendorong bangkitnya seluruh sektor riil. Menkeu menjelaskan, kondisi perekonomian global diperkirakan masih akan cukup baik, meskipun resiko terjadinya krisis keuangan di negara-negara maju yang mulai terjadi pada akhir Juli 2007. Krisis tersebut dipicu oleh permasalahan pada "subprime mortgage" di pasar keuangan Amerika Serikat yang telah mengakibatkan gejolak global di pasar uang, pasar saham dan pasar obligasi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007