Surabaya (ANTARA News) - Hujan salah-musim, yang masih sering terjadi pada kemarau kali ini, sangat berdampak pada kelancaran tebang-angkut tanaman tebu dan akhirnya mengganggu proses produksi pabrik gula. Wakil Sekjen Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) Adig Suwandi yang dihubungi di Surabaya, Jumat, mengatakan hujan yang masih berlangsung pada musim kemarau sebagai dampak perubahan iklim telah menjadi fenomena global. "Yang perlu diantisipasi kalangan petani dan produsen gula, hujan sekarang akan berbuntut pada mundurnya awal musim hujan mendatang," katanya. Dalam keadaan normal, musim hujan akan dimulai pada Oktober dan mereda pada Maret-April, saat pembentukan rendemen tebu melalui aktivitas fotosintetis dimulai. "Mundurnya musim hujan atau kemarau yang lebih panjang, jelas menimbulkan dampak serius terhadap pertumbuhan tanaman, terutama keprasan hasil tebangan akhir," kata Adig. Menurut ia, petani dan produsen gula perlu mewaspadai perubahan iklim tersebut dan melakukan antisipasi guna mempertahankan dan meningkatkan produksi gula nasional, baik untuk musim giling 2007 maupun 2008 mendatang. "Jika setelah April 2008 nanti masih terjadi hujan, dipastikan kemasakan tebu mundur dari jadwal, meskipun dari sisi umur sudah cukup. Kondisi ini akan berimbas pada hasil rendemen," katanya. Pada musim giling 2007 ini, sejumlah pabrik gula gagal mengangkat rendemen di awal giling karena tanaman tebu yang ditebang belum sepenuhnya masak, padahal dari sisi umur tanaman sudah layak ditebang.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007