Yogyakarta (ANTARA News) - Pendidikan terus menjadi salah satu aspek penting untuk memajukan seluruh lapisan masyarakat.

Pada era digital sekarang, pendidikan menjadi syarat utama untuk mencegah ketertinggalan, karena untuk dapat terlibat dalam diskusi yang mempelopori perubahan, seseorang perlu berada pada jenjang yang sama dengan para penentu kebijakan dan pengambil keputusan.

Dalam sebuah lokakarya bertajuk `Pemberdayaan Perempuan melalui Pendidikan`, yang merupakan salah satu rangkaian Sidang Umum ke-35 International Council of Women (ICW) di Yogyakarta, Presiden National Council of Women Australia (NCWA) Barbara Baikie mengatakan bahwa perempuan perlu menyadari kemampuannya untuk mendobrak batasan-batasan yang menghambat mereka dalam meraih kesuksesan.

Menurutnya, hal tersebut dapat dicapai dengan pendidikan sehingga edukasi yang baik harus diberikan kepada perempuan sejak dini untuk memudahkan mereka beradaptasi dengan sistem pembelajaran.

Salah satu hal yang disoroti dalam lokakarya itu adalah bentuk pemberdayaan perempuan melalui pendidikan, lebih dari peningkatan kapasitas pemikiran dan bagaimana edukasi memperkaya ilmu pengetahuan.

Harkat dan martabat perempuan yang berpendidikan otomatis terangkat, dan menurut Barbara hal itu dikarenakan mereka memiliki kemampuan untuk bersanding dengan kolega laki-laki, dan memberikan argumen komprehensif yang berasal dari kekayaan intelektualnya sendiri.

Bicara pendidikan tak hanya mengenai kurikulum dan teori dasar, namun juga pembentukan pola pikir, pelatihan pemecahan masalah (problem solving), dan pencarian solusi.

Hal lain yang juga disoroti Barbara adalah kebebasan, termasuk kebebasan untuk memilih jalan hidup yang terbaik menurut pandangan dan pertimbangannya sendiri.

"Contohnya, apabila seorang perempuan terjebak di dalam sebuah hubungan, di mana ia mengalami kekerasan, baik secara verbal maupun fisik, dia tidak perlu bertahan dalam hubungan tersebut karena takut akan menjadi telantar," jelasnya.

Salah satu anggota seumur hidup ICW Elizabeth Newman sempat mengatakan dalam salah satu diskusi panel, bahwa penindasan secara finansial atau `financial abuse` masih merajalela di banyak negara, di mana seseorang diperlakukan secara tidak layak oleh pasangannya, namun tetap bertahan berada dalam hubungan tersebut karena ketergantungan moneter.

Hal itu pun memberikan semacam `kebebasan` atau ` kekuatan` bagi pelaku penindasan untuk tidak memperhatikan hak-hak pasangannya, karena ia merasa bahwa tidak ada konsekuensi yang harus ia hadapi sebagai akibat dari perbuatannya.

Bekal pendidikan akan memberikan kemampuan untuk bergantung kepada dirinya sendiri, dan ketika perempuan tidak lagi menggantungkan nasibnya kepada pasangannya, maka Ia akan memiliki kebebasan penuh untuk menyelamatkan diri dari situasi-situasi yang mengancam keselamatan dan kesejahteraannya.



Mempertanyakan segala hal

Perempuan berpendidikan cenderung memiliki pemikiran yang lebih kritis dibandingkan mereka yang belum mengecam edukasi, karena telah terbiasa untuk mempertanyakan asal usul segala informasi dan arahan yang diberikan kepada mereka.

Pandangan terhadap dunia akan menjadi lebih luas, mereka akan mencari tahu untuk dirinya sendiri mengenai bagaimana dunia yang sebenarnya, ketimbang melihat dunia dari kacamata yang lebih sempit dan dari apa yang orang lain katakan kepada mereka, kata Barbara Baikie. ?

Pandangan yang kritis dan menyeluruh, jelasnya, merupakan salah satu kualitas dapat mengentas berbagai permasalahan yang masih dihadapi berbagai komunitas, khususnya stereotipe gender, rasisme dan seksisme.?

"Pendidikan menyokong usaha pemberdayaan perempuan dalam sektor-sektor lain, termasuk pemberantasan kekerasan, keterlibatan dalam politik serta kemajuan ekonomi. Semua itu harus didasari oleh pendidikan. Inilah mengapa kita harus menggarisbawahi pentingnya edukasi," kata Barbara. ??

Sayangnya, pendidikan bagi perempuan masih terkendala oleh beberapa hal, termasuk lokasi tempat tinggal, kurangnya informasi dan tingginya angka kemiskinan. Sampai saat ini, berbagai gerakan pemberdayaan perempuan, termasuk ICW sendiri, masih terus mengupayakan tercapainya literasi di kalangan perempuan secara menyeluruh.

Meski sampai saat ini masih begitu banyak masalah yang menghambat perempuan untuk mendapatkan edukasi yang berkualitas, dalam rangka menjaga semangat menuju perubahan, seluruh pihak perlu mengapresiasi hasil-hasil yang telah dicapai, karena itu akan menjadi bara yang terus menyalakan api perjuangan untuk kesejahteraan bagi perempuan.

Presiden National Council of Women New Zealand Vanisa Dhiru menilai ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meneruskan perjuangan itu, termasuk advokasi lokal di level akar rumput atau `grass roots? dan memulai percakapan mengenai hak perempuan terhadap pendidikan yang berkualitas serta hak-hak dasar manusia.

"Diperlukan pula keterlibatan dari sosok-sosok berpengaruh yang dapat menjadi motivasi bagi seluruh kaum perempuan untuk terus berusaha memajukan dirinya dan menumbuhkan semangat untuk menjadi lebih baik lagi," jelas Vanisa.

Kedua pimpinan Dewan Perempuan Nasional dari Australia dan Selandia Baru itu setuju bahwa diskusi mengenai isu-isu seputar pendidikan harus terus berjalan, dan acara seperti Sidang Umum ke-35 ICW memberikan ruang bagi perempuan di seluruh dunia untuk terus membicarakan masalah yang menjadi perhatian negara masing-masing, dan berbagi ide yang dapat menjadi solusi dari masalah tersebut.

"Walaupun semangat kita mungkin berbeda-beda, ada banyak kesamaan dari permasalahan yang kita hadapi. Melalui diskusi seperti ini, kita bisa bersama-sama mendiskusikan hambatan, solusi dan hasil dari upaya yang kita jalankan. Semua itu dapat kita bawa pulang ke negara masing-masing dan digunakan untuk memperbaiki komunitas kita," kata Barbara.

"Tanpa memandang budaya, agama atau lokasi, semua harus berhak mendapatkan pendidikan yang layak, karena itu dapat mengubah hidup mereka dan cara pandang mereka terhadap dunia. Semua menjadi lebih baik dengan pendidikan," tambahnya.

Lokakarya bertajuk `Women`s Empowerment through Education` merupakan salah satu dari rangkaian aktivitas diskusi grup yang dijalankan secara paralel, sebagai rangkaian acara dari Sidang Umum ke-35 ICW.

Kegiatan lokakarya yang lain mengangkat tema yang berbeda-beda, di antaranya adalah `Eliminating Violence against Women`, `Women and Transformative Politcs` dan `Women and Economic Empowerment`.

Ribuan figur perempuan berkumpul dalam acara Sidang Umum ke-35 `International Council of Women (ICW)`, perkumpulan tokoh perempuan dunia yang berafiliasi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia.

Kedua acara tersebut diselenggarakan oleh ICW, Kowani (Kongres Wanita Indonesia), dan didukung penuh oleh Kementerian BUMN dan 35 BUMN, termasuk Kantor Berita Antara, yang berpartisipasi langsung menyukseskan dua pertemuan tersebut.
 

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018