Manado (ANTARA News) - Sisa-sisa debu semburan letusan Gunung Api Soputan (1783 Meter), 14 Agustus 2007 lalu, ternyata masih mengganggu aktifitas masyarakat di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara (Sulut). Pantauan ANTARA News, Sabtu, di Amurang, Minsel, sejumlah masyarakat enggan melakukan aktifitas rutin di luar rumah, karena sisa semburan debu gunung tersebut masih cukup banyak, sehingga bisa mengancam kesehatan warga. "Kami tidak bisa berbuat banyak untuk keluar rumah, karena debu masih menempel di atap rumah dan jalan-jalan," kata Meis, warga Kelurahan Buyungon. Apalagi sampai saat kondisi cuaca panas disertai angin kencang, sehingga hamparan debu beterbangan berada dimana-mana. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minsel yang menyalurkan masker pelindung mulut dan hidung, hanya terbatas sebanyak 10 ribu, sehingga masyarakat mengaku kesulitan beraktifitas. "Untuk sementara saya menunda pemetikan hasil panen cengkih, karena kondisi debu cukup tebal menempel dipohon-pohon," kata Teddy Ruasey, mantan Kepala Desa Kilotiga, Minsel. Sementara sejumlah warga di Desa Maliku dan Kotamenara, kesulitan mendapatkan air bersih karena sudah tercampur material lumpur letusan Gunung Soputan. "Umumnya sumber air bersih sudah tercampur asam belerang hasil semburan debu Gunung Soputan," kata Maxi. Desa Maliku dan Kotamenara merupakan pemukiman penduduk yang berada dekat Gunung Soputan, sehingga setiap terjadi letusan gunung api itu, selalu mengalami dampak buruk baik kesehatan maupun semburan lava dingin seperti material debu dan bebatuan. Sebagian besar masyarakat didua Desa itu, sementara memanfaatkan sumber air bersih jauh dari lokasi pemukiman penduduk, sehingga membutuhkan waktu cukup lama memenuhi kebutuhannya. Sebelumnya, Gunung Api Soputan pada Selasa (14/8), pukul 05:30 Wita, meletus dan mengeluarkan semburan pasir dan batu-batuan. Peningkatan tremor amplitudo sempat naik 25-30.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007