Kabul (ANTARA News) - Pasukan Amerika Serikat (AS) dan Afghanistan membunuh lebih dari 12 gerilyawan yang menyerang dari posisi-posisi di Afghanistan timur dan seberang perbatasan di Pakistan, kata koalisi pimpinan AS dalam sebuah pernyataan, Minggu. Pernyataan itu mengatakan militer Pakistan mengizinkan pasukan Afghanistan untuk menembaki dari perbatasan itu ke lokasi-lokasi yang digunakan gerilyawan untuk melancarkan serangan mortir ke sekitar Shkin, satu kota kecil dekat perbatasan itu. "Meriam-meriam koalisi menghancurkan enam lokasi penembakan gerilyawan, masing-masing tiga di perbatasan Pakistan-Afghanistan," katanya dan menembahkan lebih dari selusin gerilyawan tewas di kedua sisi perbatasan itu. Insiden itu adalah terbaru dalam rangkaian serangan yang dituduh dilakukan sisa-sisa gerilyawan Taliban yang kabarnya mempertahankan lokasi-lokasi pelatihan di wilayah Pakistan. "Militer Pakistan mengizinkan Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan menembaki sasaran-sasaran yang terletak di dalam wilayah Pakistan," kata pernyataan koalisi itu. Jurubicara militer Pakistan Mayjen Waheed Arshad membantah pernyataan koalisi itu. Ini adalah satu pernyataan yang keliru, tidak ada serangan itu, tidak ada penembakan dari perbatasan kami. Dan tidak ada izin diminta oleh mereka atau diberikan oleh kami," kata Arshad kepada AFP. "Pernyataan ini salah dan tidak benar," tambahnya. Para pejabat Pakistan berulangkali mengatakan mereka tidak akan mengizinkan pasukan asing untuk memburu gerilyawan di daerahnya karena hal itu akan melanggar kedaulatannya dan menimbulkan kemarahan publik. Sekitar 700 kepala suku Afghanistan dan Pakistan, tokoh dan politisi berkumpul di Kabul awal bulan ini untuk membicarakan bagaimana mencegah para gerilyawan bersembunyi di daerah perbatasan kedua negara yang rapuh itu. Dalam pertemuan -- yang biasa disebut jirga atau majelis itu kedua pihak sepakat untuk mengusir para gerilyawan ke luar dari daerah-daerah perbatasan mereka. Taliban meningkatkan aksi perlawanan mereka, yang telah mengwaskan ribuan orang, sebagian besar mereka adalah gerilyawan itu, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007