Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan prihatin atas peristiwa pemukulan yang dialami wasit karate Indonesia, Donald Luther Colopita, oleh aparat kepolisian Malaysia dan meminta agar para pelaku penganiayaan dihukum sesuai aturan yang berlaku di negara tersebut. "Presiden menyatakan prihatin karena selama ini kerjasama dengan Malaysia sudah baik. Beliau juga meminta agar (kasus) ini diselesaikan secara hukum sesuai ketentuan yang berlaku bagi pelaku penganiayaan di sana," kata Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault di Kantor Presiden di Jakarta, Senin. Presiden, kata Adhyaksa, juga berpesan kepada para atlet untuk menahan diri dan bersabar atas kasus tersebut, namun meminta agar upaya hukum tetap dilakukan. Adhyaksa menjelaskan, dirinya sudah mendapat konfirmasi dari Ketua Umum Pengurus Besar Forki, Luhut Pandjaitan mengenai kronologis kasus yang menimpa Donald Luther Colopita. Insiden itu bermula ketika Donald yang ditemani rekannya, Fahri, usai mengikuti technical meeting untuk Kejuaraan Karate Asia di Malaysia, pada Kamis (23/8) malam hingga Jumat (24/8) dinihari. Dalam perjalanan pulang dari tempat rapat itu, karena dinihari, tidak ada taksi, sehingga Donald memilih berjalan kaki. Dalam perjalanan, ia didatangi empat orang yang kemudian mengiranya sebagai "pendatang haram" (ilegal). "Keempat orang itu tidak menunjukkan identitas mereka. Sebagai wasit karate Internasional dari Indonesia, dia melawan. Dia kan pemegang `Dan 3 atau 4`. Setelah terdesak, keempat orang itu mengeluarkan identitas bahwa mereka adalah polisi," kata Adhyaksa. Begitu tahu mereka adalah polisi Malaysia, lanjut Adhyaksa, Donald berhenti melawan tetapi dia malah diborgol dan dipukuli. "Sekarang dia `diopname` di Rumah Sakit karena babak belur yang luar biasa. Jadi sebenarnya binatang pun tidak boleh diperlakukan seperti itu," katanya. Bahkan menurut Luhut, kata Adhyaksa, mata Donald sudah agak sulit diobati dan kemaluannya bengkak akibat penganiayaan tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Menpora mendukung sikap PB Forki yang langsung mengundurkan diri dari Kejuaraan Karate Asia tersebut sebagai sikap protes atas peristiwa penganiayaan terhadap wasit asal Indonesia itu. "Sikap tersebut sudah tepat," katanya. Surat Protes Menpora Adhyaksa Dault juga menegaskan bahwa dirinya Senin (27/8) pagi telah menyampaikan surat protes kepada Menteri Belia dan Sukan Malaysia, Datok Seri Azalina Othman, yang isinya berupa protes keras terhadap perlakuan tersebut dan meminta kepada kantor Kementerian Belia dan Sukan Malaysia untuk melakukan tekanan yang sama kepada aparat kepolisiannya supaya para pelaku penganiayaan dihukum dan dipecat. Selain itu, katanya, Menseskab Sudi Silalahi juga sudah berkoordinasi dengan Menlu Hassan Wirajuda dan Menko Polhukam Widodo AS untuk mendesak pemerintah Malaysia supaya melakukan pengusutan dan penyelidikan atas kasus itu, serta agar ada sanksi. "Sebentar lagi saya juga akan menemui Dubes Malaysia di Jakarta dan saya kalau diizinkan Presiden, akan menemui Kepala Kepolisian Malaysia dan akan memintanya untuk mengambil tindakan tegas," kata Adhyaksa. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007