Kuala Lumpur (ANTARA News) - Tiga kawan wasit Indonesia Donald Peter Luther Kolopita memberikan kesaksikan kepada polisi Seremban, Negeri Sembilan, terkait dengan pemukulan oleh empat polisi terhadap kawannya. Ketiganya adalah Musakir Bado seorang wasit karate kelahiran Jeneponto, Sulsel dan juga dosen di Fakultas hukum Universitas Hasanudin, Ahmad Yani Mahdi adalah seorang pengacara dan pengusaha ekspor-impor keturunan Bugis dan juga wasit karate, Haifendri Putih seorang guru. Berdasar pengakuan Musakir ke polisi, pada pada Kamis malam (23/8), jam 22.00 waktu setempat, ia dan tiga orang wasit Indonesia mengadakan rapat di Hotel Nilai Seremban. Pesertanya ialah Donald PL Kolopita, Haefendry dan Kiyani Mahdi dan wasit lainnya hingga jam 02.00, Jum`at (24/8). Rapat itu untuk menentukan wasit yang akan bertugas pada hari pertandingan. Sesudah rapat, ia langsung masuk ke kamar kecuali Donald yang menginap di Hotel Alson Kelana Seremban. Musakir juga sempat melihat sendiri Donald meninggalkan hotel berjalan kaki ke Hotel Alson Kelanan. Pada Jumat (28/8) sekitar pukul 09.00, ia mendapat telepon dari HaHaifendri yang memberitahukan bahwa Donald ada di RS Tunku Jafaar Seremban karena banyak luka dan cedera di seluruh tubuh akibat dikeroyok empat polisi. Saat itu, dirinya langsung pergi ke rumah sakit dan membesuk Donald. Di RS, Donald bercerita telah dikeroyok empat polisi di sekitar 60-70 meter dari Hotel Nilai Seremban. Donald bercerita ketika sedang berjalan menuju Hotel Alson Kelana tiba-tiba datang satu unit van dan berhenti di sebelah Donald dan kemudian empat orang turun dan terus memegang tangan kanan dan kiri tanpa bertanya identitas langsung main pukul. Ketika orang ramai melihat baru ke empat orang lelaki itu menunjukan kartu pengenal polisi. Ketika Donald menunjukan pasportnya, polisi masih terus memukul sambil menggeretnya ke mobil van dan membawa Donald ke kantor polisi. Di dalam mobil pun masih dipukuli. Sampai di kantor polisi Nilai, antara jam 2.30 hingga pagi hari, polisi tidak membenarkan Donald menelepon kawan-kawannya walaupun beberapa kali meminta. "Itu saja yang Donald cerita kepada saya," kata Musakir Bado. Pengakuan Yani Mahdi Seorang saksi lainnya Yani Mahdi juga memberikan kesaksian yang hampir serupa. Yani yang juga seorang pengacara dan pengusaha mengaku pada Jumat (24/8) sekitar jam 05.50 menerima telepon dari Donald yang mengabarkan ia ada di kantor polisi Nilai dan meminta dirinya untuk datang. Pria yang aktif di karate sejak tahun 1974 dan sering ke luar negeri seperti Meksiko, Singapura, Kanada, dan Singapura sempat bertanya kenapa Donald ada di kantor polisi. "Donald menjawab telah dirampok, dipukuli oleh empat orang tolong segera datang karena saya luka-luka. Biji zakar saya berdarah mungkin pecah karena ditendang, tulang rusuk kanan saya mungkin patah karena ditendang, muka saya bengkak, pendengaran saya tidak begitu baik, bibir saya pecah, kaki kiri dipatahkan. Segera datang nanti saya cerita," kata Yani. Ia kemudian menghubungi Haifendri dan berdua mendatangi kantor polisi Nilai dengan naik taksi. Sampai di kantor polisi Nilai jam 06.10, ia terus melapor kepada polisi bertugas bahwa ingin bertemu dengan teman yang namanya Donald karena barusan saja terima telepon ia telah dirampok dan kini berada di kantor polisi. Petugas polisi itu mempersilahkan saya dan Haefendri masuk ke ruangan di mana Donald berada. "Kami melihat Donald dalam keadaan cedera duduk di kursi dengan baju berlumuran darah, mukanya bengkak dan bibirnya pecah," katanya. Ia pun tanya siapa yang merampok dan memukul yang langsung dijawab semua itu dilakukan oleh polisi. "Ia mengatakan saya pikir mereka perampok. Saya berteriak minta tolong lebih dari tiga kali sambil menyatakan, I'm referee council from Indonesia dan dalam bahasa Indonesia saya ketua dewan wasit dari Indonesia berulang kali. Kemudian mereka memborgol tangan saya," kata Yani mengutip Donald. Salah seorang pelaku pemukulan sempat memperkenalkan diri sebagai polisi. Meski demikian pemukulan terus berlangsung, bahkan ketika di dalam van lutut Donald diinjak dan kaki kirinya mau dipatahkan. Di kantor polisi, Yani Mahdi melihat Donald dalam kesakitan dan menangis. "Sambil memeluk dia, saya juga bersedih melihat keadaannya. Saya bertanya pada diri sendiri mengapa bisa begini dan saya minta Donald bersabar," katanya. Yani kemudian berkata kepada polisi mungkin anda salah paham terhadap dia dan menyatakan menyesal mengapa polisi memukuli seperti itu. Setelah itu, Inspektur Faizal bertanya siapa dirinya dan ia kemudian memperkenalkan diri. Inspektor Faizal menyatakan bahwa akan meminta keterangan Donald jam 6.30. Faizal kemudian meminta dirinya keluar karena Datuk Nordin (ketua panitia kejuaraan karate Malaysia) datang dan minta berbicara empat mata dengan inspektur Faizal. Ia dan Haefendri dipanggil lagi setelah kedua berbicara empat mata sekitar 30 menit. Dari hasil pembicaraan itu, ada dua pilihan yang ditawarkan. Pertama, Donald bisa melapor pada polisi dan pihak polisi juga akan membuat laporan bahwa Donald berupaya menghalangi tugas polisi. Pilihan kedua, kita buat jaminan dan Donald bisa keluar. Sebelum ada keputusan, Donald muntah beberapa kali. Yani kemudian berinisiatif untuk membawa Donald ke rumah sakit karena kondisinya yang semakin parah hampir lima jam di kantor polisi tanpa perawatan. Sampai di rumah sakit, Donald langsung masuk ke ruang gawat darurat.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007