Kuala Lumpur (ANTARA News) - Malaysia, produsen minyak sawit terbesar dunia, Senin, mengatakan bahwa produksi minyak sawitnya pada tahun ini akan turun menjadi 14 juta ton, terendah dalam dua tahun terakhir dan di bawah proyeksi semula akibat terkena bencana banjir. Ketua Dewan Minyak Sawit Malaysia, Sabri Ahmad, kepada pers mengatakan bahwa produksi mengalami kemunduran dalam semester I tahun 2007 dan nampaknya akan berada di bawah proyeksi tahun ini sebesar 16,5 juta ton. "Penurunan itu akibat bencana banjir yang melanda negara bagian Johor dan siklus normal dari tanaman minyak sawit," katanya kepada AFP. Produksi minyak sawit Malaysia pada 2006 mencapai 15,8 juta ton, naik dari 14,96 juta ton pada 2005. Meski begitu para pejabat Malaysia tetap optimis mengenai prospek industri tersebut dengan harga sawit diperkirakan masih tinggi hingga tahun depan, dipicu kenaikan permintaan dari China, India, Amerika Serikat (AS) dan Eropa. "(Harga) masih akan tinggi dalam waktu dekat ini setidaknya hingga tahun depan. Harga tidak akan turun," kata Peter Chin, Menteri Komoditas dan Industri Perkebunan. Harga minyak sawit kini berada pada kisaran 2.500 ringgit (735 dolar AS) per ton. Chin mengingatkan para pelaku industri sawit mengenai ketersediaan lahan yang kian menyempit di Malaysia, yang dikenal sebagai eksportir terbesar minyak sawit dunia. "Di Semenanjung Malaysia sulit mencari lahan yang masih cocok untuk ditanami sawit. Kami tidak dapat mengalihkan para petani untuk menanam tumbuhan minyak sawit," katanya. Ia menambahkan bahwa masih ada lahan di Sabah dan Sarawak di Pulau Kalimantan, yang berbatasan dengan Indonesia. Kalangan pecinta lingkungan mengklaim bahwa perkebunan sawit telah memusnahkan hutan tropis dan membahayakan keberadaan hewan dilindungi seperti orang utan. Pengusahaan perkebunan sawit kini mencakup 67 persen dari total lahan pertanian Malaysia dan sekitar 500.000 orang terlibat di sektor itu. Malaysia berharap produksi minyak sawit akan mencapai 20 juta ton pada 2020. Sementara itu, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan Indonesia berencana meningkatkan posisi dari tempat kedua saat ini menjadi produsen minyak sawit terbesar dunia pada 2008, mengingat kuatnya permintaan dari industri kimia, biofuel dan industri makanan global. Malaysia dan Indonesia kini menguasai 85 persen pangsa pasar produksi minyak sawit dunia. (*)

Copyright © ANTARA 2007