Ankara (ANTARA News) - Parlemen Turki pada Selasa menetapkan untuk memilih Menteri Luar Negeri, Abdullah Gul, sebagai presiden menyusul berbulan-bulan terjadi ketegangan, dan menjadikannya sebagai tokoh Muslim pertama sebagai kepala negara dalam sejarah republik sekuler itu. Gul (56) dipastikan mengamankan kemenangan dalam putaran ketiga pemilihan pada Selasa, di mana pemenangnya membutuhkan mayoritas tipis dengan 276 suara dari 550 anggota parlemen. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa dipastikan secara mudah melewati rintangan dengan 340 kursinya, setelah turun sedikit dari dua per tiga perolehan mayoritas untuk memilih presiden dalan dua putaran pertama pemilihan pekan silam. Pemilihan Gul akan menjadi kemenangan telak bagi partai Islam AKP melawan kekuatan sekularis dukungan militer angkatan darat yang memboikot pencalonan presiden oleh Gul pada April silam karena dasar pijakannya dalah Islam. Para oposisi menuduh bahwa AKP, partai Islam moderat yang seblumnya dilarang, memiliki agenda rahasia untuk merubah negara sekuler Turki menjadi negara model rezim Iran dan akan bebas menerapkan rencananya ketika Gul telah menduduki jabatan presiden. Kaum sekuler garis keras juga menentang istri Gul yang memakai jilbab, busana Muslimah, yang dinilai sebagai simbol perongrongan atas sistem sekuler. Kepala Staf Angkatan Darat, yang memainkan peranan bersar dalam memboikot pencalonan Gul untuk posisi presiden, pada Senin emperingatkan memperingatkan adanya "pusat kejahatan" yang berkeinginan meruntuhkan rezin konstitusional negara. "Negara kita sedang menyaksikan kelakuan pusat kejahatan yang berupaya secara sistimatis merongrong struktur sekuler negara," kata Yasar Buyukanit dalam pesan tertulisnya pada Senin. Angkatan Darat Turki tidak akan dihalangi oleh serangan demikian," katanya, "Pasukan Angkatan Darat tidak akan membuat konsesi apapun, dalam kewajibannya mengawal Republik Turki, suatu negara sekuler berbasis pada hukum dan undang-undang." Ketika Gul mengajukan pencalonannya pada April, oposisi memboikotnya, sementara militer, yang telah menumbangkan empat pemerintahan sejak 1990, memperingatkan bahwa pihaknya telah siap mempertahankan perintah sekuler itu. Krisis tersebut memaksa Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan untuk menyerukan pemulu dini pada 22 Juli yang kemudian dimenangkan secara telat oleh AKP. AKP telah berulang kali membantah bahwa pihaknya berupaya membongkar sistem negara sekuler dan Gul juga telah menjanjikan komitmennya untuk membedakan antara negara dan agama. Gul juga berjanji untuk mengayomi seluruh masyarakat Turki bila terpilih sebagai presiden, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007