Jakarta (ANTARA News) - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mendesak pemerintah untuk mengevaluasi hubungan yang telah dijalin dengan Malaysia menyusul terjadinya serangkaian tindakan kekerasan kepada Warga Negara Indonesia (WNI). Desakan itu disampaikan oleh Ketua Presidium Alumni GMNI, Palar Batubara, di Jakarta, Selasa, terkait penganiayaan yang dilakukan aparat polisi Malaysia terhadap wasit karate asal Indonesia, Donald Peter Luther Kolopita, dan tewasnya beberapa TKI di negara tersebut. Palar mengatakan tindakan aparat Malaysia sudah menunjukkan kesombongan dan pelecehan terhadap Indonesia mengingat hal itu dilakukan secara beruntun, dan Malaysia tidak memberikan klarifikasi terhadap kejadian-kejadian tersebut. "Malaysia semakin menunjukkan kesombongan terhadap warga Indonesia dan GMNI sangat mengecam tindakan aparat polisi Malaysia," kata dia. Menurut Palar, kesombongan Malaysia semakin nyata karena melalui perusahan-perusahannya banyak melakukan ekspansi ke Indonesia, terutama menguasai kelapa sawit, perbankan, bisnis ritel bahan bakar, dan telekomunikasi. Dengan kemampuan ekonomi dari perusahaan-perusahaan Malaysia, kata dia, Indonesia menjadi tidak berdaya dan dijadikan sasaran pelecehan. "Sayangnya kita terpuruk karena KKN, sehingga tidak mampu memberdayakan ekonomi, dan akhirnya keterpurukan ini menjadi sasaran negara lain yang ekonominya tumbuh lebih maju," kata Palar. Dia mengatakan sebenarnya Malaysia banyak belajar dari Indonesia di bidang pendidikan dan pengelolaan minyak, tetapi negeri itu mempunyai kemampuan untuk lebih maju dari Indonesia. "Sebenarnya Malaysia juga mendapat bantuan dari Indonesia dengan banyaknya TKI ke sana, tetapi karena kesombongannya justru banyak TKI yang menderita akibat dianiaya bahkan sampai meninggal," kata dia, tetapi politik luar negeri Indonesia kurang tegas sehingga pelecehan selalu terulang. Karena itu, ujarnya, pemerintah sebaiknya mengevaluasi kebijakan luar negerinya yang lemah itu supaya aksi pelecehan tidak berulang.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007