Jakarta (ANTARA News) - Kurs Rupiah Rabu pagi melemah mendekati level Rp9.450 per dolar AS, akibat cukup parahnya kasus krisis kredit perumahan (Subprime Mortgage) di AS. Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.435/9.445 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.405/9.410 per dolar AS atau melemah 30 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan kasus Subprime Mortgage di Amerika agak cukup parah yang menimbulkan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi AS. Kondisi ini mendorong bank sentral AS (The Fed) mengadakan pertemuan dalam upaya mengatasi gejolak pasar uang global yang terus terjadi, katanya. Karena itu, lanjut dia, para pelaku lokal terus memburu dolar AS, meski di pasar global mata uang asing itu melemah terhadap yen yang terus menguat terhadap 16 jenis mata uang utama Asia. Yen mendapat angin segar dari kasus Subprime Mortgage yang terus menguat hingga mencapai 114 per dolar AS, katanya. Menurut dia, merosotnya pasar saham regional dan mata uang utama Asia terhadap yen mengimbas terhadap rupiah sehingga terpuruk mendekati level Rp9.450 per dolar AS. "Kami memperkirakan rupiah akan terus melemah hingga mendekati level Rp9.500 per dolar AS, meski dilaporkan bahwa Bank Indonesia (BI) akan terus memantau untuk menahan gejolak rupiah yang terus melemah," ucapnya. Ia mengatakan kondisi pasar uang global makin memburuk. Ini semua di luar dugaan yang semula diperkirakan akan kembali normal ternyata semakin sulit di atasi. Meski sejumlah bank sentral, baik AS, Eropa dan Jepang telah mengeluarkan dana cadangannya untuk mengatasi kemelut tersebut, namun gejolak itu hanya sesaat saja tertahan, ucapnya. Ditanya mengenai dolar AS, menurut dia, dolar melemah 0,2 persen terhadap yen menjadi 114 dan euro turun 0,3 persen jadi 154,74 dan euro terhadap yen merosot 0,2 persen jadi 1,3575. "BI diperkirakan akan kembali melepas cadangan devisa untuk menahan rupiah yang cenderung tertekan akibat pengaruh pasar uang global," tegasnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007