Bogor (ANTARA News) - Keluarga almarhumah Nia Sari (15), korban tertembak oleh oknum anggota Kepolisian Resort (Polres) Bogor, Jawa Barat (Jabar), Brigadir SW, merasa sangat terpukul mengetahui nasib tragis yang menimpa anggota keluarganya. Kakak kandung korban, Munadi, merasa kaget dan sedih mengetahui adik bungsunya tewas dalam kondisi mengenaskan. Munadi tidak percaya, jika adiknya melarikan sepeda motor anggota polisi. "Saya tahu betul siapa Nia Sari dan bagaimana perilakunya. Dia anak baik dan tidak pernah melakukan tindakan kriminal. Usianya juga masih sangat muda, tidak mungkin melarikan sepeda motor polisi," kata Munadi, di Bogor, Rabu. Warga Citayam Rt 01/ Rw 02 Kelurahan Ragajaya, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor ini tidak menyangka Nia Sari akan mengalami nasib tragis dan meninggal dunia dalam waktu secepat itu. Munadi dan anggota keluarga yang lain, sampai jenazah korban dimakamkan di dekat tempat tinggal keluarga, pada Selasa (28/8) petang, belum tahu apa penyebab meninggalnya Nia Sari. Petugas dari Polresta Bogor yang datang ke rumah korban, mengabari tewasnya Nia Sari, juga tidak memberitahukan penyebab kematiannya. "Kami menerima jenazah Nia dalam keadaan sudah terbungkus kain kafan yang rapih. Kami cuma diberi tahun, jenazah itu adalah Nia dan diminta segera memakamkannya, karena hari sudah sore," kata anak kedua dari tujuh bersaudara ini. Korban Nia Sari ditemukan warga setempat, tergeletak tidak bernyawa di kebun singkong di belakang kantor kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, pada Selasa (28/8) pagi sekitar pukul 06.00. Dalam waktu singkat, warga berdatangan ingin melihat secara langsung mayat yang ditemukan di kebun singkong itu. Petugas dari Polres Bogor kemudian datang ke tempat kejadian perkara (TKP) dan melakukan identifikasi terhadap lokasi dan korban. Kemudian, korban segera dikirim ke Rumah Sakit Umum (RSU) PMI Bogor untuk diotopsi. Kapolres Bogor, AKBP Arief Ontowiryo, mengakui bahwa Nia Sari (15), warga Citayam Rt 01/ Rw 02 Kelurahan Ragajaya, Bojonggede, Bogor, tewas akibat tertembak oleh anggotanya, Brigadir SW. "Benar korban tewas akibat tertembak anggota kami, Brigadir SW. Perbuatan itu sudah diakui tersangka setelah dilakukan pemeriksaan selama empat jam. Pada awalnya tersangka sempat membantah, tapi setelah kita cocokkan dengan keterangan saksi-saksi dan pesan singkat (SMS) melalui telepon seluler korban, akhirnya tersangka mengakui perbuatannya," kata Arief Ontowiryo, di Cibinong, Rabu. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap saksi-saksi, kata Arief, peristiwa terjadi pada Senin (27/8) malam, sekitar pukul 22.00, karena kesalahpahaman antara pelaku dan korban. Brigadir SW mengira korban akan melarikan sepeda motornya, sehingga segera menembak korban. Namun, kesalahan SW, tidak melakukan penembakan peringatan terlebih dahulu. Tembakan dari jarak cukup dekat itu mengenai kepala korban. Menurut Kapolres, berdasarkan keterangan tersangka, peristiwa berawal ketika sepeda motor yang ditumpangi korban dan temannya Dede (19), kehabisan bensin di Jalan Tegar Beriman dekat Kantor Polres Bogor, pada Senin (27/8), sekitar pukul 21.30. Kedua remaja itu, mendorong sepeda motornya untuk bencari penjual bensin. Saat itu, Brigadir SW yang mengendarai sepeda motornya secara perlahan bertanya kepada kedua remaja itu dan dijelaskan, kehabisan bensin. Brigadir SW menawarkan bantuan kepada keduanya untuk mencari bensin. Ia kemudian membonceng Dede dan mengantarkannya sampai ke pangkalan ojek di ujung Jalan Tegar Beriman. Brigadir SW kemudian kembali lagi ke tempat semula dan mengajak Nia Sari mencari bensin di tempat yang lain. Namun, sampai di Jalan KSR Dadi Kusumayadi, dekat kantor Kelurahan Tengah, SW menerima telepon dari temannya. "Pada saat SW menerima telepon, korban mengambil alih kemudi motor. Karena panik, SW segera mengarahkan pistol ke tubuh korban dan tembakannya mengenai kepala korban," katanya. Kapolres Bogor menegaskan, akan terus mendalami perkara ini dan akan mengusut tuntas. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007