Surabaya (ANTARA news) - Penarikan kapal layar tiang tinggi milik TNI AL, KRI Arung Samudera (Arsa) yang terdampar di sekitar pantai Rainbow Beach, negara bagian Queensland Australia kembali menghadapi gelombang yang kurang bersahabat. "Sebetulnya penarikan ke Brisbane itu sekitar 24 jam, tapi karena gelombang juga belum stabil, maka kemungkinan akan tiba Jumat (31/8) pagi," kata Kadispen Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful di Surabaya, Kamis. KRI Arsa yang terdampar pada Kamis (23/8) sekitar pukul 03.00 waktu setempat akibat hantaman badai besar itu ditarik ke Brisbane sejauh sekitar 120 mil, Rabu (29/8) siang dan seharusnya tiba di dok perbaikan kapal Kamis (30/8). Kadispen menjelaskan, penarikan KRI Arung Samudera dilakukan dengan bantuan kapal dari AL Australia. Kapal itu dengan mudah ditarik ke tengah laut setelah diperiksa tidak ada kerusakan yang parah. Menurut dia, saat ditarik, KRI Arung Samudera hanya diawaki empat personel, yakni komandan kapal, Kapten Laut (P) Eko Deni, Kepala Kamar Mesin (KKM), Kepala Departemen Logistik dan seorang juru masak. "Sementara 14 ABK lainnya yang saat ini masih menetap di barak penampungan di kota Bulimba atau sekitar 15 kilometer dari KRI Arung Samudera terdampar akan menyusul ke Brisbane lewat perjalanan darat sekitar 150 kilometer," katanya. Mengenai kemungkinan kapal itu masih bisa mengikuti lomba kapal layar tiang tinggi di arena APEC di Sydney, 8-9 September mendatang, Kadispen belum bisa memastikan karena lama proses perbaikannya juga belum diketahui. Hanya saja, katanya, seluruh abak buah kapal (ABK) KRI Arung Samudera masih memiliki tekad yang tinggi untuk mengikuti lomba tersebut. "Tekad itu disampaikan Komandan KRI Arsa Kapten Laut (P) Eko Deni lewat sambungan telepon saat beristirahat bersama anak buahnya di mes penampungan," kata Kadispen. Kadispen menjelaskan, Kapten Eko yang sejak berpangkat letnan dua telah bertugas di KRI Arsa sehingga memiliki jam layar yang cukup lama di kapal tersebut bersama anak buahnya saat ini masih dalam semangat tinggi untuk menyelesaikan tugas meski di tengah kondisi sulit. "Mereka bahkan sudah berikrar bahwa pantang biduk (kapalnya) kembali ke pangkalan sebelum bisa menuju Sydney," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007