Padang (ANTARA News) - Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan (Dephut) RI mendatangkan seekor Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), jantan dewasa dari Amerika Serikat (AS) untuk membantu membuahi dua induk badak dalam penangkaran di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Badak jantan bernama "Andalas" awalnya juga berasal dari Sumatera yang dikirim untuk koleksi salah satu taman safari di AS. Tapi karena badak pejantan di Way Kambas tidak berhasil dikawinkan dengan betinanya, sehingga "Andalas" didatangkan lagi, kata staf ahli Menteri Kehutanan RI, M Arman Malolongan di Padang, Jumat. Dua ekor badak betina di Way Kambas bernama "Rosa" dan "Ratu" yang diharapkan bisa dikawinkan dengan pejantannya untuk mengembangbiakan satwa asli Indonesia yang terancam punah itu. Ia mengatakan, dari pantauan petugas "Andalas" kini telah mulai mendekati "Ratu" yang diharapkan bisa berlanjut dengan kawinnya dua satwa tersebut secepatnya. Bila "Ratu" atau "Rosa" bisa dibuahi "Andalas" lalu kemudian hamil, akan sangat membantu upaya pengembangbiakan satwa dilindungi ini, kata Arman. Badak Sumatera terancam punah, karena menjadi target perburuan liar dan terus rusaknya habitat satwa ini di hutan Sumatera. Satwa ini memiliki ciri fisik kulit berwarna coklat kemerahan yang secara tidak menentu tertutup rambut panjang (jarang hingga kadang cukup lebat) dan memiliki kisut di sekitar mata. Badak ini bercula dua, satu di depan dengan panjang 25 hingga 80 centimeter dan satu di belakangnya dengan ukuran lebih kecil dan panjang sekitar 10 centimeter. Bayi Badak Sumatera lahir dengan rambut penutup yang lebat dan berwarna coklat kemerahan saat memasuki usia muda, dan terus tumbuh menjadi jarang. Panjang tubuhnya dua hingga tiga meter dengan tinggi satu hingga 1,5 meter. Berat satwa saat dewasa 600 hingga 950 kilogram dan memiliki telinga menggantung, kata Arman. Badak Sumatera, adalah badak paling kecil dan merupakan satu-satunya jenis di Asia yang memiliki dua cula. Populasinya di dunia diperkirakan tinggal 300 ekor, 60 hingga 80 ekor bertahan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBSNP) Sumatera.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007