Jakarta (ANTARA News) - TNI Angkatan Darat akan membatasi pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) dan pengurangan kuantitas latihan rutin prajurit menyusul penurunan anggaran pertahanan pada 2009.

"Dengan penurunan anggaran tersebut, kita akan melakukan konsolidasi ke dalam mengkaji semua kebijakan, termasuk pelatihan bagi prajurit dan pengadaan alutsista berat seperti tank," kata Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo di Jakarta, Kamis.

Agustadi menambahkan, untuk program latihan rutin bagi prajurit akan dilakukan pada tingkat satuan saja, tidak sampai pada latihan gabungan.

"Anggaran pertahanan TNI AD dari semula Rp16 kini menjadi Rp15 triliun saja. Itu untuk gaji prajurit dan rutin, sisanya hanya Rp2,2 triliun," ujarnya.

Alutsista TNI AD titik beratnya pada persenjataan Infanteri, Artileri, dan Kavaleri.

Kemampuan pertahanan TNI AD antara lain bertumpu pada kendaraan tempur (Ranpur) berbagai jenis dengan kondisi siap hanya sekitar 60 persen dan pesawat terbang dengan kondisi siap hanya sekitar 50 persen.

Kebutuhan alat komunikasi yang merupakan pendukung utama kemampuan pertahanan TNI AD juga belum dapat terpenuhi dan masih menggunakan teknologi yang rawan penyadapan 1.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, Indonesia tetap perlu melakukan modernisasi militernya, namun dilakukan secara bertahap dan selektif karena terbatasnya anggaran pertahanan.

"Modernisasi harus dilakukan, karena itu berpengaruh terhadap daya tangkal yang dimiliki Indonesia, dan dapat memompa semangat juang prajurit," katanya.

Ia mengatakan, penurunan anggaran pertahanan pada Tahun Anggaran (TA) 2009 dibandingkan TA 2008 bagaimana pun sangat berpengaruh terhadap kesiapan operasional militer Indonesia.

"Alokasi anggaran pertahanan sebesar Rp33,6 triliun, membuat rencana modernisasi persenjataan, pemeliharaan persenjataan, peningkatan kesejahteraan prajurit dan lain-lain harus dilakukan secermat mungkin," tuturnya.

Juwono menambahkan, kedatangan tiga pesawat jet tempur Sukhoi pada 2009, empat kapal perang jenis Korvet Sigma Class dan enam helikopter angkut serbu Mi-17, setidaknya telah dapat meningkatkan daya tangkal trimatra terpadu guna menjamin paritas atau kesetaraan teknologi persenjataan dengan negara lain.

"Meski jumlah persenjataan yang kita miliki tidak banyak, namun jika teknologinya setara dengan persenjataan negara lain, maka tidak jadi masalah. Jadi, paritas teknologi persenjataan ini yang akan kita fokuskan dan tingkatkan. Karena kita memang belum bisa untuk melakukan modernisasi militer secara besar-besaran," tutur mantan wakil gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) itu.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009