Palu (ANTARA News) - Ajakan, imbauan, bahkan seruan bagi para pengungsi yang meninggalkan Kota Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, kini santer disuarakan berbagai pemangku kepentingan di daerah itu.

Telah sepuluh hari sejak bumi "Topalu'e" (asal usul nama Palu yang berarti tanah yang terangkat) diguncang gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter dan diterjang gelombang tsunami pada Jumat (28/9), masih saja ada warga yang ingin meninggalkan kotanya.

Meskipun jauh berkurang dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, masih ada warga yang ingin menumpang dengan pesawat C-130 Hercules TNI AU atau pesawat komersial, atau bahkan jalur laut, pergi ke Makassar, Kendari, Mamuju, Gorontalo, Manado, Balikpapan, bahkan ke Surabaya, dan Jakarta, untuk tinggal di rumah keluarga mereka.

Sementara warga yang mengungsi ke tempat-tempat umum, perkantoran, tempat ibadah, bahkan di pinggir-pinggir jalan, pun masih mudah dijumpai, lengkap dengan tenda-tenda yang mereka dirikan.

Masih sedikit warga yang kembali ke rumahnya masing-masing, selain karena rusak, juga masih trauma dengan kedahsyatan gempa meskipun tempat tinggalnya rusak ringan atau bahkan tidak rusak.

Data terakhir yang dikeluarkan oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa lebih dari 74 ribu orang telah mengungsi.  

Gempa Jumat yang bertepatan dengan saat Shalat Maghrib itu memang tragis dan membuat traumatik, bahkan untuk pertama kalinya di Indonesia, gempa di Palu dan sekitarnya ini terjadi likuifaksi, kemunculan air bercampur lumpur ke atas tanah dan membuat tanah bergolak dan bergerak, merubuhkan bangunan, hingga menenggelamkan penduduk ke dalam tanah berlumpur.

Likuifaksi paling tidak terjadi di tiga lokasi dan menenggelamkan permukiman padat penduduk di Kelurahan Balaroa (Kecamatan Palu Barat) dan Kelurahan Petobo (Kecamatan Palu Selatan) di Kota Palu, dan Desa Jono Oge (Kecamatan Biromaru) di Kabupaten Sigi.

Karena dampak gempa yang begitu mencekam, proses evakuasi di tiga lokasi itu tidak semudah dibandingkan lokasi terdampak gempa lainnya.

Masih banyak korban, kecil kemungkinan masih hidup, yang ditemukan dari tiga lokasi itu setelah 10 hari proses evakuasi.

Hal itu membuat Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola saat memimpin rapat koordinasi pada hari pertama PNS masuk kerja, Senin (8/10) untuk memutuskan diperpanjang atau tidaknya proses evakuasi.


Simbolik Untuk Pulang

Hari pertama masuk kerja bagi PNS di jajaran pemerintahan di Sulteng yang terdampak gempa tampaknya bukan sekadar instruksi Gubernur untuk kembali beraktivitas dan menjalankan tugas sesuai bidang masing-masing.

Hal itu juga merupakan simbolik bagi seluruh warga Palu dan sekitarnya yang terdampak gempa untuk pulang.

Mereka yang mengungsi bersiap-siaplah untuk segera pulang ke rumah masing-masing.

Bagi korban hidup yang kehilangan tempat tinggalnya akan ditempatkan di rumah-rumah hunian sementara, bagi korban yang rumahnya sedang atau ringan dan masih layak untuk ditempati agar bisa kembali ke tempat mereka masing-masing.

Palu tentu saja harus bangkit, tak bisa larut dalam pilu atau kesedihan dan duka mendalam atas musibah dahsyat ini.

Pada akhir rapat koordinasi yang dipimpin Gubernur, terdapat enam keputusan. Pertama, pelaksanaan evakuasi korban bencana akan dihentikan setelah selesainya waktu tanggap darurat. Balaroa, Petobo, dan Jono Oge akan menjadi "memorial park" yang akan dibangun monumen untuk mengenang korban atas gempa dahsyat.

Keputusan kedua, akan dilakukan pembangunan hunian sementara untuk masyarakat korban gempa yang rumah-rumahnya hancur.

Pembangunan hunian sementara, akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat oleh PUPR dan lokasi pembangunan hunian sementara supaya disiapkan oleh bupati/wali kota.

Keputusan ketiga, pembangunan hunian tetap, akan dilakukan. Untuk itu diharapkan kepada bupati dan wali kota agar menyiapkan lokasi tanah untuk pembangunan rumah-rumah warga.

Keputusan keempat, distribusi logistik perlu dilakukan dengan baik dan terus ditingkatkan koordinasi antarlembaga supaya tidak terjadi bantuan yang tumpang tindih atas satu lokasi, sementara masih ada daerah lain yang masih kekurangan bantuan.

Keputusan kelima, progres perbaikan infrastruktur dan jaringan PLN sudah berjalan baik, distribusi BBM sudah lancar, dan pasar-pasar dan pertokoan juga sudah mulai beroperasi meskipun belum normal sebagaimana sebelum terjadi gempa.

Keputusan keenam menyebutkan bahwa pemerintah daerah, saat mulai terjadinya bencana, terus berada di tengah-tengah masyarakat untuk mempercepat pemulihan keadaan masyarakat.

"Terima kasih kepada semua pihak yang sudah memberikan dukungan dan bantuan sehingga proses tanggab darurat sudah dapat berjalan dengan baik. Untuk itu saya menyatakan bahwa Sulawesi Tengah Bangkit," kata Gubernur.

Tinggal sekarang melakukan sosialisasi atas butir-butir keputusan itu agar warga dapat memahami secara baik, tidak termakan oleh pihak-pihak yang memprovokasi dan memancing di air keruh.

Ajakan, imbauan, bahkan seruan kepada warga untuk kembali ke rumah perlu terus menerus dilakukan.

Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong kini saatnya berbenah untuk Sulawesi Tengah Bangkit.


Jangan Eksodus

Panglima Kogasgabpad Sulteng Mayor Jenderal TNI Tri Suwandono juga menegaskan warga, tidak meninggalkan Palu atau daerah-daerah yang terdampak gempa.

"Saya imbau masyarakat jangan eksodus. Ekonomi sudah berjalan, bank-bank buka, rumah sakit operasional, listrik sudah mengalir baik, sekolah, air bersih juga begitu, dan lain sebagainya," kata Tri Suwandono

Panglima mengajak masyarakat untuk membangun kembali Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.

Kogasgabpad menjalankan komando gabungan dan memadukan ketiga angkatan TNI, bersama-sama dengan instansi sipil dan pemerintahan.

Sistem kelistrikan di Sulteng kini pulih 100 persen dan diharapkan dapat membangkitkan aktivitas masyarakat di kota Palu dan beberapa kabupaten sekitarnya.

"Dengan pulihnya listrik, kegiatan ekonomi di Palu, Donggala, dan Sigi bisa segera pulih dan kembali bangkit," kata Direktur Bisnis Regional Sulawesi PLN Syamsul Huda.

PLN berhasil memulihkan 45 penyulang dan tujuh gardu induk di Sulteng yang tersebar di Poso, Pamona, Pasang Kayu, Silae, Sidera, Talise, dan Parigi.

Dengan keberhasilan ini, secara sistem, pasokan listrik untuk Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong, sudah siap untuk disuplai kembali.

PLN juga berhasil memperbaiki 1.192 gardu distribusi dari total 2.253 gardu distribusi yang rusak.

"Saat ini kami fokus secara bertahap memperbaiki jaringan listrik dan gardu distribusi lainnya yang terhubung langsung dengan pelanggan," kata Huda.

Ia mencatat beban puncak pemakaian listrik pada siang hari ini di Palu dan sekitarnya mencapai 25,4 MegaWatt (MW).

Jaringan telekomunikasi juga telah normal.

Kepastian bahwa seluruh pranata yang rusak dan hancur akibat gempa, telah normal memang dapat meyakinkan bagi penduduk Sulteng yang terdampak gempa dapat kembali hidup normal, untuk membangun daerah.***4***

 

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018