BI memprediksi hingga akhir tahun...
Jakarta (ANTARA News) - Politisi PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus menilai kritik yang disampaikan Koalisi Prabowo-Sandi terkait kondisi ekonomi Indonesia yang lemah dan terancam terpuruk adalah kritik yang keliru.

Dia mengatakan, berdasarkan data Bank Indonesia, inflasi masih sangat rendah yaitu tercatat 2.8 persen "year on year" dan pada pekan pertama Oktober 0,01 persen secara "month to month". 

"BI memprediksi hingga akhir tahun, inflasi berada di bawah target sebesar 3,5 persen. Indonesia justru dalam posisi aman, kritik oposisi itu menunjukkan 'salah alamat'," kata Deddy, di Jakarta, Selasa.

Deddy yang merupakan Anggota Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin itu menjelaskan berdasarkan data The Spectator Index, inflasi Indonesia 2,8 persen, Inggris 2,7 persen, Amerika Serikat 2,7 persen, China 2,3 persen, dan terendah Jepang dengan 1,3 persen.

Selain itu menurut dia, Indonesia juga tidak masuk dalam 10 negara dengan integritas pemerintah terendah. 

"Lalu hasil survei Saiful Mujani  Research Consulting (SMRC) pada Oktober 2018 menyatakan 73,4 persen masyarakat responden puas dengan kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo," ujarnya.

Sejalan dengan itu menurut Deddy, The Spectator Index menempatkan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Indonesia pada 2050 dan masuk peringkat empat di bawah China, India, dan Amerika Serikat.

Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mengumpulkan para ahli dan pakar ekonomi pada Jumat (5/10), membicarakan solusi terkait beberapa persoalan seperti pelemahan nilai tukar rupiah dan pelaksanaan pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.

Prabowo mengatakan keadaan ekonomi tidak menggembirakan bahkan dalam lembaga internasional, Indonesia digolongkan di antara lima negara "emerging market" yang rawan secara ekonomi dalam beberapa waktu kedepan.

Anggota Tim Ekonomi Prabowo-Sandiaga, Fuad Bawazier mengatakan saat ini tren pelemahan rupiah terhadap dolar indikasinya sama bahkan cenderung memburuk dan bisa mengarah sampai ke angka Rp16000 per-dolar AS.

Dia menyoroti kalau ekspor tidak bisa didongkrak bahkan pertumbuhannya kalah dengan impor sampai tahun depan bisa cenderung melemahkan nilai tukar.

Menurut dia, perlu langkah-langkah efektif dari pemerintah bukan sekedar retorika saja.

Baca juga: Kwik kritik pemerintah soal PDB Indonesia

Baca juga: Sandiaga imbau tidak menyerang pemerintah soal kondisi ekonomi saat ini


 

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018